Sunday 15 October 2017

NOVEL "SALAH JURUSAN" Bag. II

Bagi teman-teman yang sudah baca bagian I, pasti sudah tahu sedikit bagaimana kisah Indra yang menjadi Mahasiswa baru yang di akhir bagian, diceritakan dia sempat bertemu dengan Hestia. Pada bagian ke-II ini, Indra diceritakan bertemu kembali dengan Hestia di Kantin Kampus, apa yang mereka lakukan dan bicarakan? ayo simak lanjutannya pada bagian II Novel "Salah Jurusan" 



II
Kedatangan Hestia

          Hari ini adalah hari terakhir dimana aku bisa menikmati kebebasan sementara sebelum akhirnya besok lusa aku harus mengalami kegiatan perkuliahan untuk pertama kalinya. Seperti biasa, dan seperti hari-hari sebelumnya. Kami sedang berada dikelas yang penuh dengan obrolan tidak berguna sembari menunggu dosen yang akan memperkenalkan dirinya dan mata kuliah apa yang akan dia berikan nanti. Kali ini adalah giliran Pak Yohannes yang bergelar Doktor. Aku tak menyangka di tingkat strata 1 ini, aku harus menghadapi seorang dosen lulusan S3. Padahal dosen-dosen yang sebelumnya hanyalah lulusan dari program magister. Tapi untuk yang satu ini, entah mengapa aku mendapat firasat buruk.
          Aku bisa membayangkan bagaimana perawakan bapak dosen yang satu ini. Karena dari pengalaman sebelumnya, banyak dosen yang memiliki beberapa perawakan agak mirip. Ya, dengan setelan formal. Kemeja, dasi, celana sayur rapi dengan lipatan bekas setrika di tengah celana. Rambut dengan sisiran ala kadarnya, perut yang kurang terawat serta kacamata sebagai pelengkap. Aku masih ingat salah satu dosen yang kemarin sempat menjadi bahan perbincangan kelas. Entah kenapa teman-teman kampret ku ini gemar sekali mengejek orang lain. Terutama para gadis yang ada dikelasku. Aku curiga mereka ini sebenarnya bukan mahasiswi. Tapi ibu-ibu PKK yang nyamar jadi mahasiswi.
          Dosen yang menjadi buah bibir pada saat itu bernama pak Hasto. Dia adalah dosen yang mengajar mata kuliah Jaringan Komputer di semester I ini. Menurutku pak Hasto ini dosen yang cerdas dan humoris. Karena aku bisa melihat dari cara dia berbicara dan juga selera humor nya yang bisa aku bilang bagus. Tapi ada satu hal yang agak mengurangi kelebihan itu. Yaitu kumis nya!. Ya, kumisnya. Aku akui pak Hasto ini punya selera humor yang tinggi namun untuk masalah penampilan,  sepertinya dengan sangat terpaksa aku katakan pak Hasto punya selera yang sangat jelek. Dari sekian banyak model kumis, pak Hasto memilih model kumis sang diktator otoriter dari Jerman. Dengan model kumis yang hanya disisakan ditengah-tengah antara hidung dan bibir. Bukan hanya kumis saja, rambutnya pun dibelah pinggir dengan sangat rapih. Bahkan menurutku itu terlalu rapih. Terlebih, rambutnya terlihat sangat mengkilat dan lepek. Entah beliau menggunakan gel rambut apa. Mungkin dia menggunakan gel rambut dengan campuran putih telur. Dan bahkan dengan gel rambut tersebut aku bisa membuat sebuah candi. Karena tidak perlu semen untuk merekatkan setiap batu yang ditumpuk. Cukup dengan menggunakan gel rambut pak hasto dan walaaaa….candi buatanku pun akhirnya jadi.
          Melihat penampilan pak Hasto. Seisi kelas pun berubah menjadi kelas yang jahat. Mereka sebenarnya ingin tertawa lepas namun terbentur norma kesopanan, sehingga mereka mengaburkan tawa mereka lewat setiap candaan yang dilontarkan pak Hasto. Bahkan ada yang sengaja izin ke kamar mandi hanya untuk melampiaskan tawa mereka. Para ibu-ibu PKK dikelasku pun mulai ribut berbisik-bisik. Dan aku bisa menebak apa yang mereka bicarakan. Pastinya soal penampilan pak Hasto. Aku tidak habis pikir dengan mereka. Kenapa hanya karena penampilan pak Hasto yang seperti Hitler itu, mereka bisa dengan sesuka hati menertawakan pak Hasto. Benar-benar tidak sopan!, kampungan! Setelah pak Hasto keluar, akupun pergi ke kamar mandi untuk melampiaskan tawa yang aku tahan selama 1 jam tadi.
Mungkin memang karakter dosen sepertinya agak kolot dan terlihat old school. Seharusnya untuk menarik perhatian mahasiswa yang rata-rata masih unyu-unyu, cobalah sedikit fashionable dan modis dikit. Karena biasanya dengan setelan old school seperti itu, bisa mencirikan bagaimana cara mengajarnya. Dan biasanya memang orang seperti itu akan cenderung ngobrol di depan kelas dengan wajah lurus tanpa ada ekspresi. Sekalinya orang seperti itu melemparkan candaan, pasti jatuhnya bakal garing.
Bagiku, penampilan itu sangatlah penting. Karena lewat penampilan yang pas dan terlihat pantas, maka orang-orang akan menghargaimu. Dan akupun menerapkan hal itu. Aku selalu menjaga penampilanku. Aku tidak mencoba menjadi seorang yang perfectionis tapi lebih kepada menjadi seseorang yang dapat menarik perhatian orang lain dengan apa yang aku miliki. Ketika kita menjaga penampilan kita dengan baik. Itu tandanya kita peduli kepada diri sendiri. Semasa SMA pun bisa dibilang aku adalah siswa yang digemari karena penampilanku. Karena aku terlihat selalu rapi dan modis. Meskipun untuk urusan wajah, agak kurang membantu. Maka dari itu aku mengakali kekuranganku itu dengan menonjolkan karakter lewat selera berpakaian yang aku miliki.
Dari luar terdengar suara ketukan pintu. Kelas tiba-tiba menjadi hening. Akupun beranjak dari kursi ku dan segera membuka pintu. Setelah aku membuka pintu, aku melihat seorang pria muda dengan perawakan yang benar-benar sempurna. Kulit putih, tinggi, hidung mancung, dan jika dilihat sepintas, orang ini agak mirip-mirip salah satu personil boy band Korea. Hmmm… ya, dia mirip Siwon super junior!!!. Tiba-tiba pria tersebut bertanya padaku dengan suara yang begitu halus dan juga bahasa yang sangat sopan. “maaf, apakah ini benar kelas IA teknik informatika?”, “ooh, iya mas. Ini benar kelas IA teknik informatika. Ada apa ya mas?”, “ahh, berarti benar ini kelasnya. Saya Yohannes, dosen mata kuliah Pemrograman Komputer, kebetulan sekarang jadwal saya dikelas ini”, “ooh.. maaf pak. Silahkan masuk pak!.” Seketika itu aku kaget dan merasa tidak percaya, ternyata dia adalah pak Yohannes, Oh Damn! Tanpa basa basi akupun langsung mempersilahkan pak Yohannes untuk masuk kedalam kelas.
        Ternyata pak Yohannes tidak seperti dugaanku sebelumnya. Dugaanku meleset 100%. Benar-benar meleset. Aku kira aku akan menemui seorang dosen yang mungkin sama seperti sebelum-sebelumnya. Tapi ini benar-benar agak mengejutkanku. Pak Yohannes masih muda! Selain muda, dia juga tampan! Benar-benar ancaman. Aku jarang sekali memuji seorang laki-laki. Bahkan hampir tidak pernah. Karena buatku agak aneh bila seorang laki-laki memuji laki-laki, apalagi mengomentari penampilan fisik nya. Tapi kali ini, aku tidak bisa mengabaikan hal tersebut. Karena secara otomatis setelah melihat pak Yohannes, aku langsung menyebutnya tampan.
          Benar-benar sulit dipercaya. Jika dia tidak bertanya barusan. Mungkin aku kira dia adalah orang asing. Karena wajahnya benar-benar mirip seperti orang korea. Wajah oriental dengan sedikit sentuhan Indonesia. Sempurna. Dalam benakku penuh tanya tentang pak Yohannes ini. Berapa umurnya? Dia meraih gelar Doktor pada usia berapa? Kenapa dia terlihat masih begitu muda? Aku kira seseorang yang bergelar Doktor pastilah orang tua yang mirip kakek nya sungoku di anime dragonball.
          Dengan wajah pak Yohannes yang mirip orang korea seperti itu, dan ditambah gelar akademik yang tak diragukan lagi. Pasti ibu-ibu PKK dikelasku akan ribut parah. Dan seperti dugaanku. Setelah pak Yohannes masuk. tiba-tiba para gadis dikelasku terdiam sejenak. Dengan wajah seperti macan tutul yang akan menerkam mangsa. Bahkan ada juga yang melongo mirip seperti ikan mujaer. Keheningan itu akhirnya pecah setelah pak Yohannes memperkenalkan dirinya dan menyapa para mahasiswa. “halo semuanya!, selamat pagi!. Salam sejahtera untuk kita semua. Perkenalkan, nama saya Yohannes. Saya adalah dosen mata kuliah Pemrograman Komputer di semester ini. Saya merupakan alumni FASILKOM dari Universitas Indonesia. Dan baru saja meraih gelar Doktor. Salam kenal semuanya! Mudah-mudahan kita semua bisa saling bekerjasama serta menjalin hubungan antara dosen dan juga mahasiswa secara baik dan sehat. Sebelum saya lanjutkan kepada hal teknis tentang mata kuliah saya. Saya berikan kesempatan kepada kalian untuk bertanya.”
          Ketika pak Yohannes memberikan kesempatan untuk bertanya, sontak para ibu-ibu PKK dikelasku menjadi beringas dan tiba-tiba menjadi mahasiswi yang aktif. Tidak ada pertanyaan yang menyangkut mata kuliah yang dipegang pak Yohannes. Semua hanya seputar kehidupan pribadi, hobby, dan juga tak lupa bertanya tentang status hubungan pak Yohannes. Memang kelas saat ini dikuasai para wanita.
          Aku lihat anak laki-laki dikelasku cenderung pasif, tidak ada yang bertanya pada pak Yohannes. Tapi aku bisa rasakan hawa-hawa kecemburuan dari para laki-laki dikelas ini. Karena mereka menatap pak Yohannes dengan tatapan yang tajam. Sepertinya mereka paham akan ketidakberdayaan mereka. Tapi entah kenapa aku merasa terpanggil untuk menanyakan sesuatu pada pak Yohannes. Daripada kelas ini dikuasai para wanita yang sedang menggila, lebih baik aku bertanya pada pak Yohannes tentang latar belakang akademik nya. Dengan tenang aku mengangkat tangan kanan ku dan memotong sedikit pembicaraan pak Yohannes. “pak, bolehkah saya bertanya?”, “iya, tentu saja”, “saya ingin bertanya pak, tentang latar belakang akademik bapak. Apa yang menyebabkan bapak bisa mendapatkan gelar Doktor di umur bapak yang masih muda? Apakah tidak pusing dan jenuh pak dalam menempuh pendidikan secara terus menerus tanpa istirahat dulu?.”
          Dengan senyum simpul, pak Yohannes pun menjawab pertanyaanku yang sebenarnya bukan pertanyaan seorang mahasiswa yang harusnya memiliki kemampuan lebih daripada siswa SMA. “Karena saya suka belajar.” Jawab pak Yohannes. “Cuma itu saja pak?” tanyaku kembali menegaskan, “Iya, Cuma itu saja.”
          Ternyata pertanyaanku hanya dijawab dengan singkat saja. jawabannya hanya karena dia suka belajar. Tapi menurutku apakah hanya suka dengan yang namanya belajar bisa menjadi motif buat seseorang untuk bisa menempuh jenjang pendidikan tinggi sampai tingkat Doktor? Aku rasa ada alasan lain selain hanya “suka belajar” saja. Dosen ini membuatku penasaran. Tapi, yang makin buat aku penasaran, kenapa dia memutuskan untuk mengajar di sini, di Cianjur. Dia merupakan lulusan Universitas Indonesia. Seharusnya dengan gelar nya, dia bisa menjadi Dosen di Universitas Negeri ataupun Universitas Swasta terkemuka yang ada di seluruh Indonesia.
*
          Jadwal hari ini tidak terlalu padat, mungkin karena memang untuk minggu pertama ini, perkuliahan belum begitu efektif. Daripada pulang kerumah, aku memutuskan untuk nongkrong dulu di kantin kampus sambil liat-liat siapa tahu ada yang bening. Namun kenyamanan yang aku rasakan beberapa menit harus sirna ketika si kampret Rega datang dengan tepukan di pundak yang sudah mirip jurus kamehameha, keras dan mematikan! Rega pun menyapaku dengan suara yang agak keras “Hai dra! Lagi apa kau?”, “aku lagi berenang ga!”, “ah masa? Kok di kantin?”, “biar kau nanya!”, “ohhh… eh, gimana kuliah mu dra? Seru?”, “aku belum tahu ga, perkuliahan belum dimulai. Kalo emang cocok dan menyenangkan, aku mau lanjut, tapi kalo bikin boring dan nggak sesuai ekspektasiku, aku mau pindah aja semester depan ga! Kalau kau?”, “kalo aku sih udah mulai perkuliahan dra, udah ada materi juga, so far sih enak kuliah di FH, selain karena aku emang orangnya agak kritis…”, mendengar rega menyebutkan bahwa dia kritis, akupun sedikit menyela pembicarannya, “kritis? Habis ketabrak mobil kau ga? Pake kritis segala! Haha”. Mendengar kata-kata ku yang menghina, Rega pun marah dan mencubit perutku sampe biru. Entah kenapa temen cewek ku yang satu ini suka sekali menyakiti, kalo enggak mukul ya nyubit, mungkin cita-cita dia dulu pengen jadi petarung UFC kali.
        Ditengah obrolan ku dan Rega yang tidak karuan, tiba-tiba pandanganku sedikit teralihkan kepada seorang wanita yang baru saja duduk di meja depan, yang tidak terlalu jauh dari meja ku. Sepertinya aku kenal wanita itu. Kalo tidak salah, namanya adalah Hestia. Kelas IC Teknik Informatika. Tapi kenapa dia sendirian ya? Biasanya dia selalu ditemani oleh geng chibi-chibi, Puji sama Windy. Melihat tatapanku yang tertuju pada Hestia, Rega pun langsung mengagetkanku dengan mencubitku lagi, sontak aku pun menjerit karena kesakitan, sehingga seisi kantin melihat ke arahku dan Rega. “Aduh, ga.. ngapain kau cubit aku?” (dengan sedikit suara lirih), “kau aku ajak ngobrol malah melototin cewek dra!, emang cewek yang duduk depan kita itu siapa? Kau suka sama dia?”, “ahh enggak ga, dia temennya temen aku kok, aku cuma heran aja, biasanya dia kemana-mana selalu bertiga dah kayak logo olimpiade, tapi tumben skrng sendirian aja di kantin.”, “mungkin temennya nanti nyusul dra, kayak nggak tahu cewek aja kau!”. “iya mungkin ga..,” Obrolanku dengan Rega akhirnya berlanjut kembali, sambil sesekali aku melihat ke arah Hestia.
“Dra, kamu kenapa milih jurusan TI? Padahal kau pilih FH aja kemarin biar kita bisa sama-sama lagi.”
“dari SMA kita kan udah temenan ga, 3 tahun lebih.. dari kelas 1 sampe kelas 3 SMA.”
“tapi kan kita pas kelas 2 beda jurusan dra, kau ambil IPS aku ambil IPA.”
“kau ambil IPA tapi pas kuliah malah ngambil hukum ga, hukum kan rumpun IPS”
“nah kau sendiri dra, jurusan IPS malah masuk Informatika”
“aku kan waktu SMA suka banget ngotak ngatik komputer ga, ketambah memang nilai yang paling besar dari semua mata pelajaran itu cuma B.Inggris sama TIK”
“ooh iya ya, dulu waktu kelas 1, nilai TIK sama B.Inggris mu yang paling bagus dra..”
“tapi dra, aku denger-denger dari mahasiswa TI angkatan kebelakang, jurusan TI lulusnya lama lo, ketambah banyak itung-itungannya juga, kau dah tau belum?”
“wah, emang iya ga?”
“ah kau dra, kuliah cuma tahu masuk sama pulang aja, emang kau nggak tanya-tanya sama senior?”
“enggak ga, lagian aku nggak deket sama senior. Aku kesel kali sama senior, apalagi pas OSPEK. Mereka sok berkuasa, waktu OSPEK kemarin aku kan sempet jadi bahan obrolan mereka ga, soalnya aku ngelawan pas disuruh push-up gara-gara telat 5 menit. Emang siapa mereka? Kalo habis OSPEK aku langsung jadi Tentara sih nggak apa-apa. Nah ini, Cuma jadi mahasiswa aja pake acara main fisik suruh push-up. Gara-gara itu para senior sebel sama aku ga.”
“hadeuhh, emang disuruh push-up berapa kali dra?”
“lima ga..”
“dih, Cuma lima kali aja lagakmu dah kayak yang disuruh push-up lima puluh kali, haha..”
“kan malu ga, masa orang keren kayak aku harus push-up dihadapan para cewek”
“preetttt!!”
Ditengah obrolan, tiba-tiba HP Rega berbunyi, lalu kemudian Rega pamit kepadaku untuk kembali ke kelas, karena ada kumpulan. “Dra, aku pamit dulu ya.. ada kumpulan kelas. Minggu depan jangan lupa kerumahku, pagi nya kita jogging bareng Rivan di lapang Prawatasari, oke?”, “oke ga, siap laksanakan”.
Bertepatan dengan perginya Rega, tiba-tiba teman Hestia, Puji dan Windy datang. Ternyata duggan Rega tepat, Hestia tidak sendiri, dia menunggu temannya datang. Daripada nanti aku ketahuan disini, lebih baik aku segera pulang saja kerumah. Namun ketika aku beranjak dari tempat duduk ku, tiba-tiba Windy menyapa. “Indra,,,,!!”, “waduh, baru mau pulang, malah dipanggil” (timpalku dalam hati), “Hi Windy!”, “mau kemana dra?”, “mau pulang win”, “ish, baru juga jam 1, ngapain pulang cepet-cepet? Sini dulu, duduk bareng kita dra” dengan terpaksa, akupun mengikuti perintah Windy, entah kenapa, aku nurut banget kalo udah disuruh Windy. “Hestia, ni ada Indra” (ucap Windy dengan suara agak keras), tiba-tiba Puji membuat kata-kata yang bikin orang akan salah paham, gerogi dan baper yaitu kata “Cie…”, entah kenapa tiba-tiba ni orang berdua malah bikin keadaan jadi canggung gini. Mungkin Hestia memang tidak melihatku sebelumnya, karena dia duduk membelakangi aku dan Rega, sehingga ketika Windy memanggilku, dia agak sedikit kaget. Anehnya, aku sepintas melihat wajahnya berubah ketika melihatku, agak merah merona, entah karena demam, salah make-up atau emang kayak gitu. Tapi aku tidak mau menyimpulkan kalau Hestia suka sama aku. Karena selama ini aku sama sekali tidak dekat dengan dia, aku hanya dekat dengan Windy dan Puji saja. Aku bertemu Hestia hanya sebatas papasan saja, tidak lebih. Agar suasana tidak canggung, aku coba untuk menyapa Hestia supaya terkesan biasa saja. “Hai Hestia! Apa kabar?” namun sapaanku malah membuat suasana makin gaduh, 2 orang wanita binal kampret, si Windy dan Puji malah semakin menambah kecanggungan saja.
“Cieee Indra menyapa Hestia!” ucap Puji.
“widih, apasih ji? Jangan gitu dong, kan jadi canggung nih”
“duh, kayak judul lagu tuh dra” celetuk Windy.
“Laila Canggung itu!”
Mendengar celetukan teman-temannya dan jawaban spontan yang kuberikan, Hestia tersenyum simpul dan sedikit tertawa, meski aku tahu kalo dia pengen banget ketawa terbahak-bahak, tapi karena dia cewek cantik, jadi agak ditahan. Hestia menjawab pertanyaanku dengan wajah yang sangat antusias, “hai dra, alhamdulilah kabar baik, sebaliknya gimana?”, “baik juga Hestia”. Belum sempat melanjutkan obrolan tiba-tiba Hestia membuka tas nya dan melihat notifikasi WA. Setelah itu dia ijin pamit kepadaku dan 2 teman nya. “Dra, maaf nggak bisa ngobrol lama-lama, nanti kita lanjut lagi ya!”. Setelah berpamitan dengan Windy dan Puji, dengan langkah tergesa, Hestia pun pergi. Aku penasaran dengan yang barusan terjadi, apakah ada sesuatu? Untuk menjawab rasa penasaranku, aku bertanya kepada Windy dan Puji yang masih sibuk dengan Batagor yang mereka pesan sebelumnya. “Girls! Kenapa si Hestia buru-buru gitu? Mau kemana sih?”, Windy pun menanggapi pertanyaanku “ooh, pacarnya dra! Beres pulang dari kampus, biasanya dia dijemput. Pacarnya kk tingkat kita kok, dia tingkat 3”, “ooh udah punya pacar..”, “kenapa kau dra? Kecewa ya? Haha” balas Puji. “ahh enggak, kirain ada sesuatu, ternyata ditungguin pacarnya.” Setelah berbincang beberapa menit, akupun berpamitan dengan Windy dan Puji untuk pulang kerumah.
Setibanya dirumah, aku langsung pergi ke kamar, lepas sepatu, dan terjun ke kasur ku yang empuk. Terasa letih sekali hari ini, entah kenapa. Tapi aku masih kepikiran hal barusan. Nampaknya aku punya sedikit perhatian dengan Hestia. Kenapa aku selalu kepikiran wajahnya yang cantik itu ya, apalagi ketika dia tersipu malu. Arghhh, dia kan sudah punya pacar! Lebih baik aku tidur saja. Belum sempat menutup mata, tiba-tiba WA ku berbunyi, setelah aku lihat ternyata pesan dari Windy. Dia mengundangku untuk datang ke acara makan-makan bareng geng nya besok. Entah harus meng-iya kan atau tidak. Pasti bakal ada Hestia lagi. Ini kesempatan buat kenal jauh dengan Hestia. Mungkin aku akan ikut besok.
***

No comments:

Post a Comment

Iklan