Tuesday, 25 July 2017

CERITANYA CERITA : EKSPLORASI PENEMUAN SITUS BARU KUTA TANGGEUHAN DI KABUPATEN CIANJUR

Assalamualaikum sahabat whoopys, apa kabar? :) mudah-mudahan selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT. Aamiin!
 
       Kali ini mimin mau bercerita sedikit mengenai pengalaman mimin pada tanggal 23 Juli 2017 kemarin, dimana mimin dapat pengalaman menarik yang berkenaan dengan eksplorasi penemuan situs baru yang ada di daerah Cipanas, tepatnya di daerah Batu Lawang. Sebenarnya kejadian berkunjung dan ikut dalam rombongan eksplorasi situs yang baru ditemukan ini tidak sengaja, karena mimin sendiri pada saat itu tidak ada agenda ikut acara tersebut. Awalnya dari ajakan temen mimin melalui pesan singkat di pagi hari yang berisi “Nak, tolong kirimin mama pulsa 50 ribu buat nelepon papah mu, pulsa mama tinggal dikit, mama ini lagi di kantor polisi!! Cepetan!!” Eiitttt… maaf, bukan itu pemirsa.. haha…. Pokoknya isi pesan nya tentang ngajak main ke daerah Cipanas buat ikut rombongan eksplorasi situs baru, soalnya dia nggak ada temen katanya. 
       Oke, singkat cerita, karena memang pada hari itu, khususnya di pagi hari saat itu sedang tidak ada kegiatan, ya akhirnya mimin menanggapi ajakan tersebut dan langsung cuss ke Cipanas. Sebelum langsung ke Cipanas, mimin janjian untuk bertemu di daerah Cugenang dengan temen mimin yg tadi sms sebelum berangkat ke TKP, supaya bisa berangkat barengan. Sekitar 30 menitan, akhirnya mimin dan temen mimin sampai di DSE (factory outlet) untuk bergabung dengan kelompok eksplorasi situs baru. Sesampainya disana, ternyata sudah banyak orang dengan memakai berbagai macam atribut, ada yang memakai macam atribut khas sunda, dan sebagian lagi memakai kemeja hitam seragam dengan bertuliskan “PAMACAN” yang ternyata singkatan dari Paguyuban Pemuda Cimacan (Cimacan adalah nama salah satu kecamatan yang ada di Cipanas) ada juga yang sebagian lagi dari organisasi Pemuda Pancasila, pokoknya dari berbagai kalangan tumpah ruah disitu untuk mengikuti eksplorasi, karena memang acara tersebut dibuka untuk umum. 
       Tapi ada satu permasalahan yang agak sedikit mengganggu, karena tidak ada satu orang pun yang mimin kenal, dan mimin pun sempat bertanya kepada temen mimin itu, apa emang bener acara ini dibuka untuk umum? dan dia jawab iya, mimin tanya lagi apa dia kenal sama orang-orang yang ada disini? dan dengan suara lantang, temen mimin jawab “Urang ge teu arapal euy…” (Artinya : saya juga tidak tahu) haha… jadi mimin dan temen mimin itu kayak 2 orang intelejen yang lagi menjalankan misi menyusup ke basis musuh. Tapi meskipun begitu, karena kami berdua memang antusias untuk mengikuti eksplorasi ini, kami langsung mengikuti iring-iringan menuju ke lokasi. Karena kapan lagi bisa ikut eksplorasi penemuan situs baru, dan jujur ini adalah pengalaman pertama mimin bisa ikut rombongan eksplorasi yang terdiri dari berbagai lintas organisasi dan kelompok, terutama kelompok budayawan serta komunitas sunda yang ada di daerah Cianjur. Daripada main nggak jelas, lebih baik kita eksplor sesuatu hal yang baru, yang bisa menambah pengalaman serta pengetahuan kita.
       Di perjalanan, kami berdua sama sekali tidak berkelakar seperti biasa, karena kita masing-masing pake motor. Dan ternyata perjalanan menuju situs baru yang dituju tidaklah sesuai ekspektasi, karena jalannya benar-benar seperti medan off-road, becek, sedikit berlumpur dan licin, karena memang sepertinya baru selesai hujan. Sekitar hampir satu jam, tiba-tiba rombongan berhenti sejenak untuk istirahat sambil menunggu rombongan lain yang akan menyusul. Ditengah istirahat, seperti biasa, mimin dan teman mimin ngobrol dan sedikit bercanda. Namun, ada suatu hal unik yang menyita perhatian kami pada saat itu, ternyata hal yang sangat sangat penting sahabat whoopys. Ada sebuah warung, dan dipinggirnya ada WC yang dipintu WC nya itu tertulis sebuah kata yang tidak lazim kita temui di WC manapun, tidak hanya di Indonesia, namun di Dunia. Kalian mau tahu apa tulisan itu? Ternyata tulisan di depan pintu WC tersebut adalah “WESE”. Melihat tulisan tersebut seketika itu tawa kami pecah seperti pecahan gelas puisi nya cinta di film AADC, hahahaha… sayang mimin nggak keburu ngambil gambar nya, karena udah keburu berangkat. Oke lanjut….
     Kami pun kembali berangkat dengan armada yang lebih banyak, jalan yang sedikit jelek masih harus kita lalui selama lebih kurang setengah jam, dan akhirnya kami pun tiba di lokasi Situs Kuta Tanggeuhan. Setelah itu kami turun dari kendaraan dan berkumpul terlebih dahulu di depan jalan menuju lokasi situs yang ada di atas bukit. Akses jalan menuju situs belum begitu bagus, masih berupa titian anak tangga dari tanah yang sengaja dibuat masyarakat sekitar secara swadaya. Mulanya daerah sekitar situs merupakan lahan pertanian warga yang mayoritas adalah petani sayuran yang bercocok tanam seperti daun bawang, tomat, kubis dll. Namun setelah adanya pembukaan lahan berkenaan adanya temuan situs baru ditempat tersebut, sebagian lahan yang ada nampak tidak begitu dipenuhi oleh tanaman. Perjalanan menuju situs yang ada diatas bukit sedikit melelahkan, karena mimin harus menaiki sekitar 10 ribu anak tangga, sampe tembus kahyangan, dan kebetulan mimin ketemu juga sama Dewa Erlang disana, wkwk.. temen mimin lebih beruntung lagi, dia ketemu Dewa 19.. haha..





        Setelah beberapa saat berjalan menaiki anak tangga yang bikin peluh mimin terus-terusan menetes, akhirnya sampai juga di lokasi, yaitu situs Kuta Tanggeuhan. :D pemandangannya indah, dan menyejukkan. Terlihat ada tumpukkan beberapa batu yang membentuk seperti tatanan batu yang ada di gunung padang, tapi nggak sama persis sih, cuma kalo diamati, potensi nya hampir serupa. Batu nya tersusun menyebar keatas. Tapi untuk jenis batuan dan kenampakan fisik nya agak beda dari batu yang ada di gunung padang, karena batu yang ada di situs Situ Tanggeuhan ini agak sedikit cerah, dan kalo diperhatikan secara keseluruhan jarak antara batu yang satu dan lainnya berjauhan, nggak tersusun rapih dan membentuk suatu pola.






Setelah berhenti sejenak untuk menikmati keindahan sekitar dan berfoto-foto sedikit, kami pun kembali harus naik lagi ke puncak bukit dimana rombongan sudah berkumpul untuk sekedar mengagungkan Sang Pencipta dan bersyukur atas semua yang telah diberikan dengan memanjatkan Al-Fatihah bersama-sama. Tak hanya itu, rombongan pun sengaja membawa kelompok seni karawitan yang terdiri dari anak-anak SMK yang membuat suasana khas sunda nya makin kental, terlebih dibarengi dengan lantunan rajah (doa atau jampe). Singkat cerita, di atas puncak bukit, pupuhu kelompok eksplorasi menyampaikan beberapa sambutan dan pepatah untuk bisa melestarikan situs peninggalan bersejarah dan juga menghargai sejarah masa lalu. Penemuan ini tentunya merupakan hal yang tidak disangka-sangka sebelumnya, karena tidak ada yang menyangka bahwa ditempat tersebut ada sebuah situs bersejarah yang sebelumnya hanya dijadikan lahan pertanian warga. Meskipun oleh beberapa kelompok tempat tersebut di deklarasikan sebagai situs peninggalan sejarah masa lalu, namun menurut pupuhu dan juga perwakilan dari Green Circle menyatakan bahwa penemuan ini haruslah juga dibuktikan secara empiris dalam arti, adanya penelitian lebih lanjut mengenai komposisi batuan, umur batuan, dan telaah dari segi historis yang ada.










Mimin sempat mewawancarai salah satu perwakilan dari Green Circle yaitu kang Suherman yang mengungkapkan awal kronologis penemuan situs tersebut. Beliau mengungkapkan bahwa penemuan situs tersebut lebih kurang ditemukan 2 tahun yang lalu setelah melalui napak tilas leluhur tatar sunda yang diawali dari daerah Gadog dengan mengandalkan insting atau naluri yang akhirnya sampai di daerah Batu Lawang. Dalam perjalanannya, kang Suherman sudah membuka 6 petilasan di daerah sekitar Cipanas Pacet, dan untuk situs Kuta Tanggeuhan sendiri, kang Suherman menuturkan pertama kali mengeksplorasi keberadaan situs pada tanggal 17 April 2017 dan kemudian dipublikasikan pada tanggal 17 Juni 2017. 




Awalnya beliau mendapatkan informasi dari leluhur, melalui mimpi dan melalui interaksi, karena memang beliau dan kawan-kawan sering “leleweungan” dan “gugunungan” atau istilahnya itu sering ngebolang ke hutan dan ke gunung. Setelah melalui beberapa napak tilas dan eksplorasi, beliau mendapatkan perintah dari leluhur untuk ambil tongkat lemo  untuk bekal gugunungan, dan kayu lemo tersebut ternyata adanya di Batu Lawang. Hingga akhirnya beliau pun mulai mengeksplorasi wilayah Batu Lawang dan menemukan situs Kuta Tanggeuhan.





       Sebelum ditemukannya situs Kuta Tanggeuhan, ternyata masyarakat sekitar tidak mengetahui dan bahkan tidak sadar bahwa ditempat tersebut terdapat situs peninggalan sejarah kerajaan tatar sunda. Karena pada awal kesana, tempat tersebut masih dipenuhi oleh semak belukar dan juga kebun bawang. Berdasarkan wangsit atau petuah dari leluhur, kang Suherman dan kawan-kawan tidak hanya diperintahkan untuk mencari tongkat lemo, tapi juga diperintahkan untuk melihat dibawah pohon lemo, ternyata disana ada petilasan jaman dahulu kala, dan para leluhur ada disitu. 
       Setelah mendengar wangsit dari Karuhun, yang pertama ditemukan adalah batu tapak. Dengan sedikit berbekal ilmu arkeologi yang pernah dipelajari kang Suherman di bangku Kuliah, kang Suherman terus mengeksplor wilayah tersebut hingga sampai ke puncak bukit untuk sekedar membedakan mana batu petilasan dan mana batu alam. Kemudian untuk luas nya sendiri, kang Suherman menuturkan luas komplek situs Kuta Tanggeuhan memiliki 3 gunungan (ratusan sampai ribuan hektar), bahkan diperkirakan batasnya sampai gunung Baeud. Untuk bentuknya sendiri, Kang Suherman meyakini bahwa situs Kuta Tanggeuhan berupa kerajaan atau keraton. Hal ini dikuatkan dengan adanya komplek pemakaman, dimana ada sekitar ratusan makam, namun masyarakat sekitar mengenal komplek tersebut dengan sebutan komplek makam 17. Kemudian untuk batuan yang ada di situs Kuta Tanggeuhan merupakan jenis batuan andesit basaltic, dan batuan lava beku. 
      Ditengah wawancara, mimin sedikit menanyakan tentang mengapa situs yang ada di beberapa daerah, khususnya di tatar sunda, selalu berada diperbukitan? Kang Suherman menjelaskan bahwa ternyata, untuk wilayah tatar sunda sendiri kebanyakan yang namanya peninggalan leluhur itu yang ditinggalkannya itu adalah dalam bentuk atau wujud batu, pohon, dan air. Untuk batu, tatar sunda memiliki simbol atau ciri, yaitu adanya goresan yang berbentuk seperti kujang. Kemudian, berkenaan dengan hubungan situs Kuta Tangeuhan dengan kerajaan yang ada di tatar sunda, kang Suherman menuturkan bahwa di tatar sunda atau di tatar pasundan sendiri masih saling berhubungan. Karena Padjajaran itu dibagi 3, yaitu Padjajaran Girang, Padjajaran Kulon, dan Padjajaran Tengah. Dan kemungkinan besar, situs Kuta Tanggeuhan merupakan bagian dari Padjajaran Tengah. 
     Disela-sela akhir wawancara dengan kang Suherman, menurut beliau, situs Kuta Tanggeuhan ini sebenarnya merupakan situs yang selama beratus-ratus tahun dicari oleh semua para keturunan, karena riwayatnya tidak ada sama sekali, dan hanya berkembang melalui foklor atau dongeng. Kuta Tanggeuhan sendiri dari penuturan kang Suherman memiliki arti Kuta (Kota) Tanggeuhan (Andelan). Jadi, Kuta Tanggeuhan itu merupakan satu kerajaan yang menjadi andalan dari semua kerajaan yang ada di Jawa Barat. Dilihat dari, kemakmurannya, kesejahteraannya, dan sejarah perekonomian. Di akhir wawancara, kang Suherman mengungkapkan harapan kedepan untuk situs Kuta Tanggeuhan dapat dijadikan destinasi wisata baru bagi Cianjur, khususnya destinasi wisata sejarah yang mungkin kedepannya bisa dijadikan cagar budaya yang dikelola langsung oleh masyarakat setempat yang berada dibawah pengawasan dari pemerintah daerah.
     Puas ngobrol-ngobrol seru bareng kang Suherman, kami pun pulang dengan membawa pengetahuan baru yang tidak akan pernah kami lupakan. Karena kami bangga bisa menjadi saksi sejarah penemuan situs baru Kuta Tanggeuhan. Tidak banyak orang yang mau hanya sekedar melihat bagaimana bekas puing atau reruntuhan penuh makna. Mereka hanya melihat estetika dan daya manfaat tanpa mau berkubang dengan sejarah lama terciptanya dan terbentuknya suatu moment dimasa lampau yang menggoreskan tinta pengalaman sejarah di masa depan. Mimin jadi sadar bahwa ternyata sejarah itu asik juga, jadi pengen berkunjung ke banyak situs bersejarah atau museum untuk sekedar menyapa dan sedikit bercengkrama dengan benda lama yang usang dimakan jaman ^^
     Buat para generasi muda, jangan habiskan waktumu hanya untuk stalker sosmed mantan atau gebetan, wkwk.. sekali-kali bisa lah kunjungi museum atau situs bersejarah. Banyak pengetahuan baru yang bakal kita dapet. Daripada Cuma sekedar kongkow-kongkow nggak jelas di mall, atau melakukan kegiatan kurang baik. Be positive guys!! ;) dan untuk masyarakat Cianjur, kita punya calon cagar budaya baru nih.. ayo kita dukung, kita jaga dan lestarikan bersama. Cianjur JAGO! 
       Kalo mau liat situsnya langsung, dateng aja ke Kampung Cidaweung, Desa Batulawang, Kecamatan Sukaresmi. Dan buat sahabat whoopys yang ada dari sabang sampe merauke, ayo berkunjung ke Cianjur. Banyak tempat-tempat seru, unik, dan bersejarah lho….. :D dijamin seru dan gokil deh!!
                                                                 

No comments:

Post a Comment

Iklan