Assalamualaikum sahabat whoopys! :) Mimin back yeah! Apa kabar? Semoga kalian selalu diberikan kesehatan ya! Aamiin!
Pada postingan kali ini, saya ingin membahas tentang tragedi Chernobyl. Mungkin ada dari kalian yang pernah mendengar kejadian ini, dan ada juga yang sama sekali belum pernah. Tragedi tentang Chernobyl merupakan sejarah yang tidak akan pernah dilupakan oleh warga Uni Soviet pada masa itu (Saat ini menjadi Rusia dan beberapa negara pecahan), bahkan mungkin Dunia. Bagi sebagian warga Uni Soviet, tragedi Chernobyl ini adalah tragedi mematikan paling parah dan mengerikan yang pernah ada, karena dampak yang ditimbulkan benar-benar diluar nalar manusia, sangat destruktif dan berbahaya bagi keberlangsungan kehidupan umat manusia. Sebenarnya apa yang terjadi di Chernobyl? Seberapa besar dampaknya? Kengerian apa yang terjadi di Chernobyl? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tentunya kita harus membuka kembali cerita sejarah yang suram ini.
Tragedi Chernobyl ini benar-benar sangat menarik untuk dibahas, walaupun begitu pilu untuk diingat, terutama bagi keluarga korban maupun korban yang masih hidup hingga kini. Tentu saja tragedi yang akan saya bahas ini ditujukan sebagai pengingat dan pembelajaran bagi kita semua. Bukankah sejarah ada melainkan untuk dijadikan pengingat dan pembelajaran bagi kita, generasi saat ini dan yang akan datang? Ketertarikan ini bermula ketika saya menonton miniseri yang diproduksi oleh HBO dengan judul "Chernobyl." Menurut saya, seri ini benar-benar mendeskripsikan kejadian dengan sangat baik. Lebih lanjut, kronologi sejarah yang saya paparkan ini sebagian besar saya ambil dari cerita mini seri tersebut (awas: mengandung spoiler) dan sedikit riset singkat saya dari internet dan artikel yang berkenaan dengan tragedi Chernobyl.
Tragedi memilukan serta mengerikan yang akan kita bahas ini adalah tragedi meledaknya reaktor nuklir No. 4 di PLTN Chernobyl, yang terjadi pada tanggal 26 April 1986.
Pada postingan kali ini, saya ingin membahas tentang tragedi Chernobyl. Mungkin ada dari kalian yang pernah mendengar kejadian ini, dan ada juga yang sama sekali belum pernah. Tragedi tentang Chernobyl merupakan sejarah yang tidak akan pernah dilupakan oleh warga Uni Soviet pada masa itu (Saat ini menjadi Rusia dan beberapa negara pecahan), bahkan mungkin Dunia. Bagi sebagian warga Uni Soviet, tragedi Chernobyl ini adalah tragedi mematikan paling parah dan mengerikan yang pernah ada, karena dampak yang ditimbulkan benar-benar diluar nalar manusia, sangat destruktif dan berbahaya bagi keberlangsungan kehidupan umat manusia. Sebenarnya apa yang terjadi di Chernobyl? Seberapa besar dampaknya? Kengerian apa yang terjadi di Chernobyl? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tentunya kita harus membuka kembali cerita sejarah yang suram ini.
Tragedi Chernobyl ini benar-benar sangat menarik untuk dibahas, walaupun begitu pilu untuk diingat, terutama bagi keluarga korban maupun korban yang masih hidup hingga kini. Tentu saja tragedi yang akan saya bahas ini ditujukan sebagai pengingat dan pembelajaran bagi kita semua. Bukankah sejarah ada melainkan untuk dijadikan pengingat dan pembelajaran bagi kita, generasi saat ini dan yang akan datang? Ketertarikan ini bermula ketika saya menonton miniseri yang diproduksi oleh HBO dengan judul "Chernobyl." Menurut saya, seri ini benar-benar mendeskripsikan kejadian dengan sangat baik. Lebih lanjut, kronologi sejarah yang saya paparkan ini sebagian besar saya ambil dari cerita mini seri tersebut (awas: mengandung spoiler) dan sedikit riset singkat saya dari internet dan artikel yang berkenaan dengan tragedi Chernobyl.
Tragedi memilukan serta mengerikan yang akan kita bahas ini adalah tragedi meledaknya reaktor nuklir No. 4 di PLTN Chernobyl, yang terjadi pada tanggal 26 April 1986.
Awal Mula Kejadian
Kejadian bermula pada tanggal 25 April 1986. Sehari sebelum kejadian, ketika para pekerja/operator PLTN menjalankan program uji coba keamanan pada reaktor No. 4 untuk menentukan seberapa lama turbin dapat berputar dan memasok daya yang masuk ke pompa sirkulasi utama setelah kehilangan daya. Sebenarnya tes tersebut sudah pernah dilakukan tahun sebelumnya, namun daya dari turbin turun terlalu cepat, maka dari itu, dengan menggunakan desain regulator baru, para operator mencoba untuk menguji kembali prosedur tersebut. Ketika proses uji coba dijalankan, ternyata timbul masalah serius, terjadi lonjakan energi secara tiba-tiba yang membuat reaktor terlalu panas dan akhirnya meledak. Ledakan tersebut menyebabkan atap reaktor hancur, dan dampak yang terjadi ternyata di luar dugaan, ketika udara bercampur dengan gas karbon monoksida dalam reaktor, sistem mengalami kebakaran sehingga mengakibatkan bahan radioaktif keluar dari reaktor dan memasuki atmosfer.
Kejadian bermula pada tanggal 25 April 1986. Sehari sebelum kejadian, ketika para pekerja/operator PLTN menjalankan program uji coba keamanan pada reaktor No. 4 untuk menentukan seberapa lama turbin dapat berputar dan memasok daya yang masuk ke pompa sirkulasi utama setelah kehilangan daya. Sebenarnya tes tersebut sudah pernah dilakukan tahun sebelumnya, namun daya dari turbin turun terlalu cepat, maka dari itu, dengan menggunakan desain regulator baru, para operator mencoba untuk menguji kembali prosedur tersebut. Ketika proses uji coba dijalankan, ternyata timbul masalah serius, terjadi lonjakan energi secara tiba-tiba yang membuat reaktor terlalu panas dan akhirnya meledak. Ledakan tersebut menyebabkan atap reaktor hancur, dan dampak yang terjadi ternyata di luar dugaan, ketika udara bercampur dengan gas karbon monoksida dalam reaktor, sistem mengalami kebakaran sehingga mengakibatkan bahan radioaktif keluar dari reaktor dan memasuki atmosfer.
Murni Kesalahan Manusia
Pada saat kejadian, ternyata prosedur keamanan tidak dijalankan dengan baik. Anatoly Dyatlov dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab saat itu, karena dia yang menjadi supervisor (pengawas) ketika menjalankan uji coba tersebut. Sebelumnya, uji coba yang dijalankan sudah diberitahukan untuk ditunda selama 10 jam, karena pada akhir bulan, kuota produktivitas lebih tinggi, sehingga pasokan listrik meningkat. Saat itu, intruksi diberikan kepada direktur PLTN yaitu Viktor Bryukhanov yang kemudian menyampaikan kepada kepala insinyur, Nikolai Fomin dan wakil kepala insinyur Anatoly Dyatlov. Meski begitu, uji coba tetap dijalankan, karena kepala PLTN ingin uji coba tersebut segera dilakukan, mengingat, selama 3 tahun kepala PLTN berusaha untuk menyelesaikan uji coba tersebut. Di sini lah akar permasalahan muncul, ambisi dan egoisme dari manusia menjadi lebih dominan daripada logika dan kepentingan orang banyak. Diduga pada saat itu, Dyatlov berambisi menjadi kepala insinyur menggantikan Nikolai yang kemungkinan menggantikan kepala PLTN Viktor Bryukhanov yang akan dipromosikan ketika uji coba berhasil dilakukan. Tanpa berpikir panjang, kepla PLTN menyetujui apa yang disarankan oleh kepala insinyur dan wakilnya, sehingga uji coba tetap dilakukan, namun eksekutor utama dipegang oleh Dyatlov yang pada saat itu kebetulan mendapat giliran shift malam.
Pada saat kejadian, ternyata prosedur keamanan tidak dijalankan dengan baik. Anatoly Dyatlov dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab saat itu, karena dia yang menjadi supervisor (pengawas) ketika menjalankan uji coba tersebut. Sebelumnya, uji coba yang dijalankan sudah diberitahukan untuk ditunda selama 10 jam, karena pada akhir bulan, kuota produktivitas lebih tinggi, sehingga pasokan listrik meningkat. Saat itu, intruksi diberikan kepada direktur PLTN yaitu Viktor Bryukhanov yang kemudian menyampaikan kepada kepala insinyur, Nikolai Fomin dan wakil kepala insinyur Anatoly Dyatlov. Meski begitu, uji coba tetap dijalankan, karena kepala PLTN ingin uji coba tersebut segera dilakukan, mengingat, selama 3 tahun kepala PLTN berusaha untuk menyelesaikan uji coba tersebut. Di sini lah akar permasalahan muncul, ambisi dan egoisme dari manusia menjadi lebih dominan daripada logika dan kepentingan orang banyak. Diduga pada saat itu, Dyatlov berambisi menjadi kepala insinyur menggantikan Nikolai yang kemungkinan menggantikan kepala PLTN Viktor Bryukhanov yang akan dipromosikan ketika uji coba berhasil dilakukan. Tanpa berpikir panjang, kepla PLTN menyetujui apa yang disarankan oleh kepala insinyur dan wakilnya, sehingga uji coba tetap dilakukan, namun eksekutor utama dipegang oleh Dyatlov yang pada saat itu kebetulan mendapat giliran shift malam.
Pada malam kejadian, Dyatlov memerintahkan para operator yang minim pengalaman untuk menurunkan daya pada titik tertentu, namun ternyata daya justru menurun. Meski begitu, Dyatlov tidak serta merta menghentikan uji coba tersebut, malah justru sebaliknya, dia melanggar SOP (Standar Operasional Prosedur) dan memaksa reaktor hingga hampir hancur. Dyatlov melakukan hal tersebut karena dia yakin dengan sistem pengaman yang ada untuk mematikan reaktor ketika terjadi masalah. Namun ternyata tombol yang dimaksud tidak dapat menghentikan sistem yang sudah rusak sebelumnya. Akhirnya, ketika tombol shutdown ditekan, justru reaktor meledak dan menimbulkan kerusakan yang sangat parah. Selain itu, dari hasil persidangan kasus Chernobyl, seorang saksi ahli bernama Valery Legalov, Wakil Ketua Badan Energi Atom Kurchatov yang juga seorang ahli reaktor RMBK (ditugasi sebagai anggota komite penanggulangan Chernobyl) mengungangkapkan fakta bahwa PLTN yang berada di Uni Soviet tidak memenuhi standar keamanan yang baik, tidak memiliki containment building, dan desain reaktor yang cacat. Selain itu juga dikatakan bahwa Negara (baca: Uni Soviet) lebih memilih material yang murah untuk menekan biaya produksi.
Dampak yang Ditimbulkan
Sebelum kita membahas dampak yang terjadi pasca meledaknya inti reaktor PLTN Chernobyl, mari kita bahas sedikit tentang cara kerja nuklir sebagai pembangkit listrik agar kita bisa memiliki pemahaman tentang bagaimana nuklir yang sifatnya destruktif malah jadi alternatif pembangkit energi listrik yang katanya memiliki banyak keunggulan dibandingkan pembangkit lain. Dilansir dari web resmi batan, PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal (panas) yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin inilah yang diubah menjadi energi listrik. Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan panas. Sebuah PLTN menggunakan uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi) inti uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar.
Dampak yang Ditimbulkan
Sebelum kita membahas dampak yang terjadi pasca meledaknya inti reaktor PLTN Chernobyl, mari kita bahas sedikit tentang cara kerja nuklir sebagai pembangkit listrik agar kita bisa memiliki pemahaman tentang bagaimana nuklir yang sifatnya destruktif malah jadi alternatif pembangkit energi listrik yang katanya memiliki banyak keunggulan dibandingkan pembangkit lain. Dilansir dari web resmi batan, PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal (panas) yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin inilah yang diubah menjadi energi listrik. Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan panas. Sebuah PLTN menggunakan uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi) inti uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar.
Lalu, apa keuntungan menggunakan PLTN? 1. Lahan yang digunakan tidak memerlukan area yang besar, 2. Rendah emisi karbon, 3. Tidak memproduksi partikel polutan, 4. Padat energi, 5. Reliable, 6. Limbah yang dihasilkan sedikit. Tentunya kelebihan tersebut membuat PLTN menjadi opsi alternatif bagi beberapa negara seperti Amerika, Rusia, Korsel, India, China dll. Agar kebutuhan pasokan listrik tetap terjaga, selain daripada mengandalkan PLTU batubara yang meskipun murah, tapi tingkat polusi tinggi, pun dengan PLTA dan PLTB yang kurang reliable. Dari berbagai macam keunggulan yang ada, PLTN juga memiliki kekurangan yang sampai saat ini masih menjadi hal yang selalu dipertimbangan beberapa negara (tak terkecuali Indonesia) ketika ingin membangun PLTN. Adapun kekurangan dari PLTN antara lain: 1. Pembuangan energi nuklir yang mahal, karena sifat limbah berupa radioaktif, sehingga harus mendapatkan perlakuan khusus agar limbah tidak mencemari lingkungan, 2. Decommisioning, di mana PLTN yang sudah tidak terpakai tidak bisa begitu saja dibiarkan, karena harus melalui proses yang lama dan mahal untuk mencegah terpaparnya lingkungan sekitar dari limbah radioaktif, 3. Kecelakaan nuklir, seperti apa yang terjadi di Chernobyl.
Maaf, agak out of topic, tapi pertanyaan saya ketika memang PLTN ini menjadi pembangkit listrik yang paling dominan dan digunakan semua negara, bagaimana jike terjadi bencana alam yg tidak terduga seperti yang terjadi di Fukushima Jepang pada tahun 2011? Apa tidak semakin berbahaya ya? Bayangkan, radiasi dari meledaknya reaktor nuklir di Chernobyl sampai saat ini pun belum bisa 100% hilang, bahkan diperkirakan hingga ribuan tahun baru bisa bersih dari kontaminasi. Lalu yang menjadi skeptisme saya dengan PLTN ini, meskipun PLTN dibangun dengan tingkat keamanan paling tinggi sekalipun, apa bisa mencegah terjadinya kecelakaan yang serupa? Terutama ketika ada bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir, badai besar, atau gunung meletus misalnya?
Sekarang, mari kita bahas dampak yang ditimbulkan oleh kecelakan PLTN Chernobyl. Pasca terjadinya ledakan inti reaktor nuklir, debu radioaktif menyebar dengan sangat cepat. Dalam miniseri Chernobyl yang diproduksi oleh HBO, kejadian ini digambarkan dengan begitu nyata. Ketika reaktor meledak, para pekerja dan beberapa operator mulai panik, bahkan diantaranya, khususnya yang dekat dengan tempat kejadian, mereka tiba-tiba mengalami efek langsung seperti kulit yang memerah seperti terbakar, lalu dibarengi dengan muntah-muntah. Hal tersebut dikarenakan sel-sel tubuh yang telah rusak akibat dari radiasi yang diterima.
Maaf, agak out of topic, tapi pertanyaan saya ketika memang PLTN ini menjadi pembangkit listrik yang paling dominan dan digunakan semua negara, bagaimana jike terjadi bencana alam yg tidak terduga seperti yang terjadi di Fukushima Jepang pada tahun 2011? Apa tidak semakin berbahaya ya? Bayangkan, radiasi dari meledaknya reaktor nuklir di Chernobyl sampai saat ini pun belum bisa 100% hilang, bahkan diperkirakan hingga ribuan tahun baru bisa bersih dari kontaminasi. Lalu yang menjadi skeptisme saya dengan PLTN ini, meskipun PLTN dibangun dengan tingkat keamanan paling tinggi sekalipun, apa bisa mencegah terjadinya kecelakaan yang serupa? Terutama ketika ada bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir, badai besar, atau gunung meletus misalnya?
Sekarang, mari kita bahas dampak yang ditimbulkan oleh kecelakan PLTN Chernobyl. Pasca terjadinya ledakan inti reaktor nuklir, debu radioaktif menyebar dengan sangat cepat. Dalam miniseri Chernobyl yang diproduksi oleh HBO, kejadian ini digambarkan dengan begitu nyata. Ketika reaktor meledak, para pekerja dan beberapa operator mulai panik, bahkan diantaranya, khususnya yang dekat dengan tempat kejadian, mereka tiba-tiba mengalami efek langsung seperti kulit yang memerah seperti terbakar, lalu dibarengi dengan muntah-muntah. Hal tersebut dikarenakan sel-sel tubuh yang telah rusak akibat dari radiasi yang diterima.
Dikutip dari national geographic Indonesia, jumlah radiasi dari bencana Chernobyl diperkirakan 100 kali lebih besar dibandingkan dengan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 oleh Amerika. International Nuclear Event Scale (INES), ukuran tingkat bahaya paparan radiasi yang dihasilkan, menempatkan Chernobyl pada peringkat 7 (peringkat INES tertinggi untuk kecelakaan nuklir).
Parahnya, pemerintah Uni Soviet ternyata menyembunyikan beberapa fakta penting ketika kejadian tersebut terjadi, sehingga berita simpang siur tentang ledakan Chernobyl tidak bisa terbendung. Beberapa petinggi melakukan antisipasi agar warga tidak panik dan seolah cuci tangan dengan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan. Kebohongan demi kebohongan terus dilakukan untuk membentuk opini bahwa tragedi di Chernobyl bukanlah kejadian yang serius. Salah satu kebohongan yang ditutupi yaitu tingkat radiasi dan meledaknya reaktor nuklir. Dikatakan oleh kepala PLTN, ketua insinyur dan wakil insyur yang bertanggung jawab saat itu, bahwa semua keadaan terkendali, radiasi hanya 3,6 rontgen (satuan pengukuran radiasi ion di udara), tetapi faktanya, angka tersebut didapatkan dari dosimeter tingkat rendah, dimana hasil 3,6 sendiri merupakan hasil yang paling tinggi pada dosimeter berukuran rendah. Angka 3,6 rontgen sendiri cukup tinggi, setara dengan 400 kali sinar X untuk rontgen dada. Tapi bukan angka 3,6 itu yang harus dikhawatirkan, melainkan berapa jumlah radiasi yang sebenarnya ada di Chernobyl? Valery Legalov mengatakan bahwa di tempat kejadian terdapat bongkahan-bongkahan batu granit yang sudah hancur, berdasarkan fakta tersebut, beliau mengatakan jika jumlah radiasi yang sebenarnya setara dengan 4 juta kali sinar X (berdasarkan dosimeter tingkat tinggi, area tempat meledaknya reaktor no. 4 mencapai 15.000 Rontgen). Melihat angka yang sebegitu besar, apakah radiasi tersebut berbahaya? Dengan tingkat radiasi yang tinggi seperti itu, maka seseorang bisa meninggal hanya dalam hitungan menit saja.
Parahnya, pemerintah Uni Soviet ternyata menyembunyikan beberapa fakta penting ketika kejadian tersebut terjadi, sehingga berita simpang siur tentang ledakan Chernobyl tidak bisa terbendung. Beberapa petinggi melakukan antisipasi agar warga tidak panik dan seolah cuci tangan dengan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan. Kebohongan demi kebohongan terus dilakukan untuk membentuk opini bahwa tragedi di Chernobyl bukanlah kejadian yang serius. Salah satu kebohongan yang ditutupi yaitu tingkat radiasi dan meledaknya reaktor nuklir. Dikatakan oleh kepala PLTN, ketua insinyur dan wakil insyur yang bertanggung jawab saat itu, bahwa semua keadaan terkendali, radiasi hanya 3,6 rontgen (satuan pengukuran radiasi ion di udara), tetapi faktanya, angka tersebut didapatkan dari dosimeter tingkat rendah, dimana hasil 3,6 sendiri merupakan hasil yang paling tinggi pada dosimeter berukuran rendah. Angka 3,6 rontgen sendiri cukup tinggi, setara dengan 400 kali sinar X untuk rontgen dada. Tapi bukan angka 3,6 itu yang harus dikhawatirkan, melainkan berapa jumlah radiasi yang sebenarnya ada di Chernobyl? Valery Legalov mengatakan bahwa di tempat kejadian terdapat bongkahan-bongkahan batu granit yang sudah hancur, berdasarkan fakta tersebut, beliau mengatakan jika jumlah radiasi yang sebenarnya setara dengan 4 juta kali sinar X (berdasarkan dosimeter tingkat tinggi, area tempat meledaknya reaktor no. 4 mencapai 15.000 Rontgen). Melihat angka yang sebegitu besar, apakah radiasi tersebut berbahaya? Dengan tingkat radiasi yang tinggi seperti itu, maka seseorang bisa meninggal hanya dalam hitungan menit saja.
Sebagai gambaran betapa bahayanya radiasi dari radioaktif ini, berikut akan saya coba untuk menulis kembali penjelasan dari Valery Legalov yang saya verbatim dari film mini seri nya. "Sebuah reaktor RBMK, memakai uranium-235 sebagai bahan bakar. Setiap atom U-235 bagaikan peluru yang bergerak dengan kecepatan mendekati cahaya menembus semua materi yang ada di depannya, kayu, beton, logam, daging. Setiap gram U-235 berisi lebih dari satu juta miliar peluru tadi. Itu dalam satu gram. Chernobyl menyimpan lebih dari 3 juta gram, dan sekarang terbakar. Angin akan membawa partikel radioaktif melintasi seluruh benua Rusia. Hujan akan menurunkannya ke atas kita. Berarti ada 3 juta miliar triliun peluru di udara yang kita hirup, air yang kita minum, dan makanan yang kita santap. Sebagian peluru ini takkan berhenti melesat selama seratus tahun. Sebagian diantaranya takkan berhenti selama 50.000 tahun." Jadi gimana guys? Efek dari radiasi nuklir benar-benar sangat menyeramkan bukan? Pada saat kejadian, menurut informasi yang beredar, pemerintah Uni Soviet menunggu selama 24 jam hingga akhirnya memutuskan untuk mengevakuasi penduduk kota terdekat Chernobyl, Pripyat. Lebih dari 100 ribu orang dievakuasi dan radius lebih dari 18 mil atau sekitar 28 km ditetapkan sebagai zona eksklusif.
Kecelakaan PLTN Chernobyl mengakibatkan 29 operator dan pemadam kebakaran meninggal 3 bulan kemudian karena terkena syndrom radiasi akut, lalu 2 orang meninggal karena kecelakaan, satu orang meninggal di tempat pada saat kejadian, dan satu orang lagi meninggal di rumah sakit. Tapi jumlah tersebut belum termasuk korban yang terkena radiasi secara tidak langsung (efek jangka panjang), dikutip dari express.co.uk, menurut beberapa ilmuwan ada sekitar 2.000 - 27.000, sedangkan greenpeace memperkirakan 93.000 - 200.000 orang yang meninggal akibat dari kecelakaan nuklir tersebut. Kebanyakan dari korban tersebut meninggal karena kanker tiroid dan beberapa penyakit lain yang menyerang kekebalan tubuh. Selain itu, hewan-hewan pun tak luput dari dampak meledaknya reaktor nuklir Chernobyl, hingga saat ini, banyak hewan di Chernobyl yang telah mengalami mutasi. Mutasi tersebut kebanyakan mengakibatkan kecacatan fisik pada tubuh hewan.
Bagaimana keadaan Chernobyl saat ini?
Sudah hampir 33 tahun pasca kejadian tragedi yang banyak merenggut korban jiwa ini. Pada tahun 2011, pemerintah Ukraina menjadikan Chernobyl menjadi tempat wisata dan dinyatakan aman untuk dikunjungi, walaupun ada beberapa tempat yang tetap dilarang karena dianggap berbahaya untuk pengunjung.
Efek dari Chernobyl juga ternyata tidak begitu saja bisa hilang. Dilansir dari idntimes, ada peningkatan dramatis pada kanker tiroid di antara orang-orang yang terpapar radiasi ketika masih kanak-kanak, dan terjadinya peningkatan leukimia serta katarak pada para pekerja Chernobyl.
Fakta menarik lainnya, tak lama setelah bencana nuklir terjadi, Soviet membangun "sarkofagus" di sekitar reaktor dalam upaya menahan radiasi. Sarkofagus dibangun dari 14 juta kaki kubik beton dan membutuhkan 206 hari untuk menyelesaikannya, saking besarnya, dibutuhkan 18 kapal dan 2.500 truk hanya untuk mengangkut bahannya dari Italia ke Chernobyl. Struktur ini diperkirakan akan bertahan selama 100 tahun. Pripyat, tempat PLTN berdiri, diperkirakan membutuhkan waktu ribuan tahun untuk bisa dihuni kembali. Dilansir kembali dari idntimes, menurut Christian Science Monitor, sekitar 3.000 tahun sebelum Pripyat bisa layak huni. Skala waktu itu kira-kira setara dengan waktu antara saat ini dengan padi pertama kali yang dibudidayakan di Jepang kuno. Lhor Gramotkin, direktur pembangkit listrik Chernobyl mengatakan akan memakan waktu setidaknya 20.000 tahun, yang jauh dari perkiraan 3.000 tahun, yang berarti dibutuhkan 733 generasi atau lebih seperti waktu antara saat ini dengan Homo Sapiens pertama kali bermigrasi ke Amerika.
Wow, gimana guys kisah memilukan Chernobyl ini? Semoga bisa menjadi pelajaran berharga buat kita semua. Teknologi, di satu sisi bisa menjadi hal yang dapat diandalkan, namun di sisi lain bisa sangat menghancurkan. Mari kita gunakan teknologi dengan arif dan bijak. Mungkin segitu saja postingan kali ini guys, semoga bermanfaat, sampai jumpa di postingan berikutnya.
Bagaimana keadaan Chernobyl saat ini?
Sudah hampir 33 tahun pasca kejadian tragedi yang banyak merenggut korban jiwa ini. Pada tahun 2011, pemerintah Ukraina menjadikan Chernobyl menjadi tempat wisata dan dinyatakan aman untuk dikunjungi, walaupun ada beberapa tempat yang tetap dilarang karena dianggap berbahaya untuk pengunjung.
Efek dari Chernobyl juga ternyata tidak begitu saja bisa hilang. Dilansir dari idntimes, ada peningkatan dramatis pada kanker tiroid di antara orang-orang yang terpapar radiasi ketika masih kanak-kanak, dan terjadinya peningkatan leukimia serta katarak pada para pekerja Chernobyl.
Fakta menarik lainnya, tak lama setelah bencana nuklir terjadi, Soviet membangun "sarkofagus" di sekitar reaktor dalam upaya menahan radiasi. Sarkofagus dibangun dari 14 juta kaki kubik beton dan membutuhkan 206 hari untuk menyelesaikannya, saking besarnya, dibutuhkan 18 kapal dan 2.500 truk hanya untuk mengangkut bahannya dari Italia ke Chernobyl. Struktur ini diperkirakan akan bertahan selama 100 tahun. Pripyat, tempat PLTN berdiri, diperkirakan membutuhkan waktu ribuan tahun untuk bisa dihuni kembali. Dilansir kembali dari idntimes, menurut Christian Science Monitor, sekitar 3.000 tahun sebelum Pripyat bisa layak huni. Skala waktu itu kira-kira setara dengan waktu antara saat ini dengan padi pertama kali yang dibudidayakan di Jepang kuno. Lhor Gramotkin, direktur pembangkit listrik Chernobyl mengatakan akan memakan waktu setidaknya 20.000 tahun, yang jauh dari perkiraan 3.000 tahun, yang berarti dibutuhkan 733 generasi atau lebih seperti waktu antara saat ini dengan Homo Sapiens pertama kali bermigrasi ke Amerika.
Wow, gimana guys kisah memilukan Chernobyl ini? Semoga bisa menjadi pelajaran berharga buat kita semua. Teknologi, di satu sisi bisa menjadi hal yang dapat diandalkan, namun di sisi lain bisa sangat menghancurkan. Mari kita gunakan teknologi dengan arif dan bijak. Mungkin segitu saja postingan kali ini guys, semoga bermanfaat, sampai jumpa di postingan berikutnya.