Bagi teman-teman yang sudah baca bagian I, pasti sudah tahu sedikit bagaimana kisah Indra yang menjadi Mahasiswa baru yang di akhir bagian, diceritakan dia sempat bertemu dengan Hestia. Pada bagian ke-II ini, Indra diceritakan bertemu kembali dengan Hestia di Kantin Kampus, apa yang mereka lakukan dan bicarakan? ayo simak lanjutannya pada bagian II Novel "Salah Jurusan"
II
Kedatangan
Hestia
Hari
ini adalah hari terakhir dimana aku bisa menikmati kebebasan sementara sebelum
akhirnya besok lusa aku harus mengalami kegiatan perkuliahan untuk pertama
kalinya. Seperti biasa, dan seperti hari-hari sebelumnya. Kami sedang berada
dikelas yang penuh dengan obrolan tidak berguna sembari menunggu dosen yang
akan memperkenalkan dirinya dan mata kuliah apa yang akan dia berikan nanti.
Kali ini adalah giliran Pak Yohannes yang bergelar Doktor. Aku tak menyangka di
tingkat strata 1 ini, aku harus menghadapi seorang dosen lulusan S3. Padahal
dosen-dosen yang sebelumnya hanyalah lulusan dari program magister. Tapi untuk
yang satu ini, entah mengapa aku mendapat firasat buruk.
Aku
bisa membayangkan bagaimana perawakan bapak dosen yang satu ini. Karena dari
pengalaman sebelumnya, banyak dosen yang memiliki beberapa perawakan agak
mirip. Ya, dengan setelan formal. Kemeja, dasi, celana sayur rapi dengan
lipatan bekas setrika di tengah celana. Rambut dengan sisiran ala kadarnya,
perut yang kurang terawat serta kacamata sebagai pelengkap. Aku masih ingat
salah satu dosen yang kemarin sempat menjadi bahan perbincangan kelas. Entah
kenapa teman-teman kampret ku ini gemar sekali mengejek orang lain. Terutama
para gadis yang ada dikelasku. Aku curiga mereka ini sebenarnya bukan
mahasiswi. Tapi ibu-ibu PKK yang nyamar jadi mahasiswi.
Dosen
yang menjadi buah bibir pada saat itu bernama pak Hasto. Dia adalah dosen yang
mengajar mata kuliah Jaringan Komputer di semester I ini. Menurutku pak Hasto
ini dosen yang cerdas dan humoris. Karena aku bisa melihat dari cara dia
berbicara dan juga selera humor nya yang bisa aku bilang bagus. Tapi ada satu
hal yang agak mengurangi kelebihan itu. Yaitu kumis nya!. Ya, kumisnya. Aku
akui pak Hasto ini punya selera humor yang tinggi namun untuk masalah
penampilan, sepertinya dengan sangat
terpaksa aku katakan pak Hasto punya selera yang sangat jelek. Dari sekian
banyak model kumis, pak Hasto memilih model kumis sang diktator otoriter dari Jerman.
Dengan model kumis yang hanya disisakan ditengah-tengah antara hidung dan
bibir. Bukan hanya kumis saja, rambutnya pun dibelah pinggir dengan sangat
rapih. Bahkan menurutku itu terlalu rapih. Terlebih, rambutnya terlihat sangat
mengkilat dan lepek. Entah beliau menggunakan gel rambut apa. Mungkin dia
menggunakan gel rambut dengan campuran putih telur. Dan bahkan dengan gel
rambut tersebut aku bisa membuat sebuah candi. Karena tidak perlu semen untuk
merekatkan setiap batu yang ditumpuk. Cukup dengan menggunakan gel rambut pak
hasto dan walaaaa….candi buatanku pun akhirnya jadi.
Melihat
penampilan pak Hasto. Seisi kelas pun berubah menjadi kelas yang jahat. Mereka
sebenarnya ingin tertawa lepas namun terbentur norma kesopanan, sehingga mereka
mengaburkan tawa mereka lewat setiap candaan yang dilontarkan pak Hasto. Bahkan
ada yang sengaja izin ke kamar mandi hanya untuk melampiaskan tawa mereka. Para
ibu-ibu PKK dikelasku pun mulai ribut berbisik-bisik. Dan aku bisa menebak apa
yang mereka bicarakan. Pastinya soal penampilan pak Hasto. Aku tidak habis
pikir dengan mereka. Kenapa hanya karena penampilan pak Hasto yang seperti Hitler
itu, mereka bisa dengan sesuka hati menertawakan pak Hasto. Benar-benar tidak
sopan!, kampungan! Setelah pak Hasto keluar, akupun pergi ke kamar mandi untuk
melampiaskan tawa yang aku tahan selama 1 jam tadi.
Mungkin
memang karakter dosen sepertinya agak kolot dan terlihat old school. Seharusnya untuk menarik perhatian mahasiswa yang
rata-rata masih unyu-unyu, cobalah sedikit fashionable
dan modis dikit. Karena biasanya dengan setelan old school seperti itu, bisa mencirikan bagaimana cara mengajarnya.
Dan biasanya memang orang seperti itu akan cenderung ngobrol di depan kelas
dengan wajah lurus tanpa ada ekspresi. Sekalinya orang seperti itu melemparkan
candaan, pasti jatuhnya bakal garing.
Bagiku,
penampilan itu sangatlah penting. Karena lewat penampilan yang pas dan terlihat
pantas, maka orang-orang akan menghargaimu. Dan akupun menerapkan hal itu. Aku
selalu menjaga penampilanku. Aku tidak mencoba menjadi seorang yang
perfectionis tapi lebih kepada menjadi seseorang yang dapat menarik perhatian
orang lain dengan apa yang aku miliki. Ketika kita menjaga penampilan kita
dengan baik. Itu tandanya kita peduli kepada diri sendiri. Semasa SMA pun bisa
dibilang aku adalah siswa yang digemari karena penampilanku. Karena aku
terlihat selalu rapi dan modis. Meskipun untuk urusan wajah, agak kurang
membantu. Maka dari itu aku mengakali kekuranganku itu dengan menonjolkan
karakter lewat selera berpakaian yang aku miliki.
Dari luar
terdengar suara ketukan pintu. Kelas tiba-tiba menjadi hening. Akupun beranjak
dari kursi ku dan segera membuka pintu. Setelah aku membuka pintu, aku melihat
seorang pria muda dengan perawakan yang benar-benar sempurna. Kulit putih,
tinggi, hidung mancung, dan jika dilihat sepintas, orang ini agak mirip-mirip
salah satu personil boy band Korea. Hmmm… ya, dia mirip Siwon super junior!!!.
Tiba-tiba pria tersebut bertanya padaku dengan suara yang begitu halus dan juga
bahasa yang sangat sopan. “maaf, apakah ini benar kelas IA teknik
informatika?”, “ooh, iya mas. Ini benar kelas IA teknik informatika. Ada apa ya
mas?”, “ahh, berarti benar ini kelasnya. Saya Yohannes, dosen mata kuliah Pemrograman
Komputer, kebetulan sekarang jadwal saya dikelas ini”, “ooh.. maaf pak.
Silahkan masuk pak!.” Seketika itu aku kaget dan merasa tidak percaya, ternyata
dia adalah pak Yohannes, Oh Damn! Tanpa basa basi akupun langsung
mempersilahkan pak Yohannes untuk masuk kedalam kelas.
Ternyata
pak Yohannes tidak seperti dugaanku sebelumnya. Dugaanku meleset 100%.
Benar-benar meleset. Aku kira aku akan menemui seorang dosen yang mungkin sama
seperti sebelum-sebelumnya. Tapi ini benar-benar agak mengejutkanku. Pak
Yohannes masih muda! Selain muda, dia juga tampan! Benar-benar ancaman. Aku
jarang sekali memuji seorang laki-laki. Bahkan hampir tidak pernah. Karena
buatku agak aneh bila seorang laki-laki memuji laki-laki, apalagi mengomentari
penampilan fisik nya. Tapi kali ini, aku tidak bisa mengabaikan hal tersebut.
Karena secara otomatis setelah melihat pak Yohannes, aku langsung menyebutnya
tampan.
Benar-benar
sulit dipercaya. Jika dia tidak bertanya barusan. Mungkin aku kira dia adalah
orang asing. Karena wajahnya benar-benar mirip seperti orang korea. Wajah
oriental dengan sedikit sentuhan Indonesia. Sempurna. Dalam benakku penuh tanya
tentang pak Yohannes ini. Berapa umurnya? Dia meraih gelar Doktor pada usia
berapa? Kenapa dia terlihat masih begitu muda? Aku kira seseorang yang bergelar
Doktor pastilah orang tua yang mirip kakek nya sungoku di anime dragonball.
Dengan
wajah pak Yohannes yang mirip orang korea seperti itu, dan ditambah gelar
akademik yang tak diragukan lagi. Pasti ibu-ibu PKK dikelasku akan ribut parah.
Dan seperti dugaanku. Setelah pak Yohannes masuk. tiba-tiba para gadis
dikelasku terdiam sejenak. Dengan wajah seperti macan tutul yang akan menerkam
mangsa. Bahkan ada juga yang melongo mirip seperti ikan mujaer. Keheningan itu
akhirnya pecah setelah pak Yohannes memperkenalkan dirinya dan menyapa para
mahasiswa. “halo semuanya!, selamat pagi!. Salam sejahtera untuk kita semua. Perkenalkan,
nama saya Yohannes. Saya adalah dosen mata kuliah Pemrograman Komputer di
semester ini. Saya merupakan alumni FASILKOM dari Universitas Indonesia. Dan
baru saja meraih gelar Doktor. Salam kenal semuanya! Mudah-mudahan kita semua
bisa saling bekerjasama serta menjalin hubungan antara dosen dan juga mahasiswa
secara baik dan sehat. Sebelum saya lanjutkan kepada hal teknis tentang mata
kuliah saya. Saya berikan kesempatan kepada kalian untuk bertanya.”
Ketika
pak Yohannes memberikan kesempatan untuk bertanya, sontak para ibu-ibu PKK
dikelasku menjadi beringas dan tiba-tiba menjadi mahasiswi yang aktif. Tidak
ada pertanyaan yang menyangkut mata kuliah yang dipegang pak Yohannes. Semua
hanya seputar kehidupan pribadi, hobby, dan juga tak lupa bertanya tentang
status hubungan pak Yohannes. Memang kelas saat ini dikuasai para wanita.
Aku
lihat anak laki-laki dikelasku cenderung pasif, tidak ada yang bertanya pada
pak Yohannes. Tapi aku bisa rasakan hawa-hawa kecemburuan dari para laki-laki
dikelas ini. Karena mereka menatap pak Yohannes dengan tatapan yang tajam.
Sepertinya mereka paham akan ketidakberdayaan mereka. Tapi entah kenapa aku
merasa terpanggil untuk menanyakan sesuatu pada pak Yohannes. Daripada kelas
ini dikuasai para wanita yang sedang menggila, lebih baik aku bertanya pada pak
Yohannes tentang latar belakang akademik nya. Dengan tenang aku mengangkat
tangan kanan ku dan memotong sedikit pembicaraan pak Yohannes. “pak, bolehkah
saya bertanya?”, “iya, tentu saja”, “saya ingin bertanya pak, tentang latar
belakang akademik bapak. Apa yang menyebabkan bapak bisa mendapatkan gelar
Doktor di umur bapak yang masih muda? Apakah tidak pusing dan jenuh pak dalam
menempuh pendidikan secara terus menerus tanpa istirahat dulu?.”
Dengan
senyum simpul, pak Yohannes pun menjawab pertanyaanku yang sebenarnya bukan
pertanyaan seorang mahasiswa yang harusnya memiliki kemampuan lebih daripada
siswa SMA. “Karena saya suka belajar.” Jawab pak Yohannes. “Cuma itu saja pak?”
tanyaku kembali menegaskan, “Iya, Cuma itu saja.”
Ternyata
pertanyaanku hanya dijawab dengan singkat saja. jawabannya hanya karena dia
suka belajar. Tapi menurutku apakah hanya suka dengan yang namanya belajar bisa
menjadi motif buat seseorang untuk bisa menempuh jenjang pendidikan tinggi
sampai tingkat Doktor? Aku rasa ada alasan lain selain hanya “suka belajar”
saja. Dosen ini membuatku penasaran. Tapi, yang makin buat aku penasaran, kenapa
dia memutuskan untuk mengajar di sini, di Cianjur. Dia merupakan lulusan
Universitas Indonesia. Seharusnya dengan gelar nya, dia bisa menjadi Dosen di
Universitas Negeri ataupun Universitas Swasta terkemuka yang ada di seluruh
Indonesia.
*
Jadwal
hari ini tidak terlalu padat, mungkin karena memang untuk minggu pertama ini,
perkuliahan belum begitu efektif. Daripada pulang kerumah, aku memutuskan untuk
nongkrong dulu di kantin kampus sambil liat-liat siapa tahu ada yang bening.
Namun kenyamanan yang aku rasakan beberapa menit harus sirna ketika si kampret
Rega datang dengan tepukan di pundak yang sudah mirip jurus kamehameha, keras
dan mematikan! Rega pun menyapaku dengan suara yang agak keras “Hai dra! Lagi
apa kau?”, “aku lagi berenang ga!”, “ah masa? Kok di kantin?”, “biar kau
nanya!”, “ohhh… eh, gimana kuliah mu dra? Seru?”, “aku belum tahu ga,
perkuliahan belum dimulai. Kalo emang cocok dan menyenangkan, aku mau lanjut,
tapi kalo bikin boring dan nggak sesuai ekspektasiku, aku mau pindah aja
semester depan ga! Kalau kau?”, “kalo aku sih udah mulai perkuliahan dra, udah
ada materi juga, so far sih enak kuliah di FH, selain karena aku emang orangnya
agak kritis…”, mendengar rega menyebutkan bahwa dia kritis, akupun sedikit
menyela pembicarannya, “kritis? Habis ketabrak mobil kau ga? Pake kritis
segala! Haha”. Mendengar kata-kata ku yang menghina, Rega pun marah dan
mencubit perutku sampe biru. Entah kenapa temen cewek ku yang satu ini suka
sekali menyakiti, kalo enggak mukul ya nyubit, mungkin cita-cita dia dulu
pengen jadi petarung UFC kali.
Ditengah
obrolan ku dan Rega yang tidak karuan, tiba-tiba pandanganku sedikit teralihkan
kepada seorang wanita yang baru saja duduk di meja depan, yang tidak terlalu
jauh dari meja ku. Sepertinya aku kenal wanita itu. Kalo tidak salah, namanya
adalah Hestia. Kelas IC Teknik Informatika. Tapi kenapa dia sendirian ya?
Biasanya dia selalu ditemani oleh geng chibi-chibi, Puji sama Windy. Melihat
tatapanku yang tertuju pada Hestia, Rega pun langsung mengagetkanku dengan
mencubitku lagi, sontak aku pun menjerit karena kesakitan, sehingga seisi
kantin melihat ke arahku dan Rega. “Aduh, ga.. ngapain kau cubit aku?” (dengan
sedikit suara lirih), “kau aku ajak ngobrol malah melototin cewek dra!, emang
cewek yang duduk depan kita itu siapa? Kau suka sama dia?”, “ahh enggak ga, dia
temennya temen aku kok, aku cuma heran aja, biasanya dia kemana-mana selalu
bertiga dah kayak logo olimpiade, tapi tumben skrng sendirian aja di kantin.”,
“mungkin temennya nanti nyusul dra, kayak nggak tahu cewek aja kau!”. “iya
mungkin ga..,” Obrolanku dengan Rega akhirnya berlanjut kembali, sambil
sesekali aku melihat ke arah Hestia.
“Dra,
kamu kenapa milih jurusan TI? Padahal kau pilih FH aja kemarin biar kita bisa
sama-sama lagi.”
“dari SMA
kita kan udah temenan ga, 3 tahun lebih.. dari kelas 1 sampe kelas 3 SMA.”
“tapi kan
kita pas kelas 2 beda jurusan dra, kau ambil IPS aku ambil IPA.”
“kau
ambil IPA tapi pas kuliah malah ngambil hukum ga, hukum kan rumpun IPS”
“nah kau sendiri dra, jurusan IPS
malah masuk Informatika”
“aku kan
waktu SMA suka banget ngotak ngatik komputer ga, ketambah memang nilai yang
paling besar dari semua mata pelajaran itu cuma B.Inggris sama TIK”
“ooh iya
ya, dulu waktu kelas 1, nilai TIK sama B.Inggris mu yang paling bagus dra..”
“tapi
dra, aku denger-denger dari mahasiswa TI angkatan kebelakang, jurusan TI
lulusnya lama lo, ketambah banyak itung-itungannya juga, kau dah tau belum?”
“wah,
emang iya ga?”
“ah kau
dra, kuliah cuma tahu masuk sama pulang aja, emang kau nggak tanya-tanya sama
senior?”
“enggak
ga, lagian aku nggak deket sama senior. Aku kesel kali sama senior, apalagi pas
OSPEK. Mereka sok berkuasa, waktu OSPEK kemarin aku kan sempet jadi bahan
obrolan mereka ga, soalnya aku ngelawan pas disuruh push-up gara-gara telat 5
menit. Emang siapa mereka? Kalo habis OSPEK aku langsung jadi Tentara sih nggak
apa-apa. Nah ini, Cuma jadi mahasiswa aja pake acara main fisik suruh push-up. Gara-gara
itu para senior sebel sama aku ga.”
“hadeuhh,
emang disuruh push-up berapa kali dra?”
“lima
ga..”
“dih,
Cuma lima kali aja lagakmu dah kayak yang disuruh push-up lima puluh kali,
haha..”
“kan malu
ga, masa orang keren kayak aku harus push-up dihadapan para cewek”
“preetttt!!”
Ditengah
obrolan, tiba-tiba HP Rega berbunyi, lalu kemudian Rega pamit kepadaku untuk
kembali ke kelas, karena ada kumpulan. “Dra, aku pamit dulu ya.. ada kumpulan
kelas. Minggu depan jangan lupa kerumahku, pagi nya kita jogging bareng Rivan
di lapang Prawatasari, oke?”, “oke ga, siap laksanakan”.
Bertepatan
dengan perginya Rega, tiba-tiba teman Hestia, Puji dan Windy datang. Ternyata
duggan Rega tepat, Hestia tidak sendiri, dia menunggu temannya datang. Daripada
nanti aku ketahuan disini, lebih baik aku segera pulang saja kerumah. Namun
ketika aku beranjak dari tempat duduk ku, tiba-tiba Windy menyapa. “Indra,,,,!!”,
“waduh, baru mau pulang, malah dipanggil” (timpalku dalam hati), “Hi Windy!”, “mau
kemana dra?”, “mau pulang win”, “ish, baru juga jam 1, ngapain pulang
cepet-cepet? Sini dulu, duduk bareng kita dra” dengan terpaksa, akupun
mengikuti perintah Windy, entah kenapa, aku nurut banget kalo udah disuruh
Windy. “Hestia, ni ada Indra” (ucap Windy dengan suara agak keras), tiba-tiba
Puji membuat kata-kata yang bikin orang akan salah paham, gerogi dan baper
yaitu kata “Cie…”, entah kenapa tiba-tiba ni orang berdua malah bikin keadaan
jadi canggung gini. Mungkin Hestia memang tidak melihatku sebelumnya, karena
dia duduk membelakangi aku dan Rega, sehingga ketika Windy memanggilku, dia
agak sedikit kaget. Anehnya, aku sepintas melihat wajahnya berubah ketika
melihatku, agak merah merona, entah karena demam, salah make-up atau emang
kayak gitu. Tapi aku tidak mau menyimpulkan kalau Hestia suka sama aku. Karena
selama ini aku sama sekali tidak dekat dengan dia, aku hanya dekat dengan Windy
dan Puji saja. Aku bertemu Hestia hanya sebatas papasan saja, tidak lebih. Agar
suasana tidak canggung, aku coba untuk menyapa Hestia supaya terkesan biasa
saja. “Hai Hestia! Apa kabar?” namun sapaanku malah membuat suasana makin
gaduh, 2 orang wanita binal kampret, si Windy dan Puji malah semakin menambah
kecanggungan saja.
“Cieee
Indra menyapa Hestia!” ucap Puji.
“widih,
apasih ji? Jangan gitu dong, kan jadi canggung nih”
“duh,
kayak judul lagu tuh dra” celetuk Windy.
“Laila
Canggung itu!”
Mendengar
celetukan teman-temannya dan jawaban spontan yang kuberikan, Hestia tersenyum
simpul dan sedikit tertawa, meski aku tahu kalo dia pengen banget ketawa
terbahak-bahak, tapi karena dia cewek cantik, jadi agak ditahan. Hestia
menjawab pertanyaanku dengan wajah yang sangat antusias, “hai dra, alhamdulilah
kabar baik, sebaliknya gimana?”, “baik juga Hestia”. Belum sempat melanjutkan
obrolan tiba-tiba Hestia membuka tas nya dan melihat notifikasi WA. Setelah itu
dia ijin pamit kepadaku dan 2 teman nya. “Dra, maaf nggak bisa ngobrol
lama-lama, nanti kita lanjut lagi ya!”. Setelah berpamitan dengan Windy dan
Puji, dengan langkah tergesa, Hestia pun pergi. Aku penasaran dengan yang
barusan terjadi, apakah ada sesuatu? Untuk menjawab rasa penasaranku, aku
bertanya kepada Windy dan Puji yang masih sibuk dengan Batagor yang mereka
pesan sebelumnya. “Girls! Kenapa si Hestia buru-buru gitu? Mau kemana sih?”, Windy
pun menanggapi pertanyaanku “ooh, pacarnya dra! Beres pulang dari kampus,
biasanya dia dijemput. Pacarnya kk tingkat kita kok, dia tingkat 3”, “ooh udah
punya pacar..”, “kenapa kau dra? Kecewa ya? Haha” balas Puji. “ahh enggak,
kirain ada sesuatu, ternyata ditungguin pacarnya.” Setelah berbincang beberapa
menit, akupun berpamitan dengan Windy dan Puji untuk pulang kerumah.
Setibanya
dirumah, aku langsung pergi ke kamar, lepas sepatu, dan terjun ke kasur ku yang
empuk. Terasa letih sekali hari ini, entah kenapa. Tapi aku masih kepikiran hal
barusan. Nampaknya aku punya sedikit perhatian dengan Hestia. Kenapa aku selalu
kepikiran wajahnya yang cantik itu ya, apalagi ketika dia tersipu malu. Arghhh,
dia kan sudah punya pacar! Lebih baik aku tidur saja. Belum sempat menutup
mata, tiba-tiba WA ku berbunyi, setelah aku lihat ternyata pesan dari Windy.
Dia mengundangku untuk datang ke acara makan-makan bareng geng nya besok. Entah
harus meng-iya kan atau tidak. Pasti bakal ada Hestia lagi. Ini kesempatan buat
kenal jauh dengan Hestia. Mungkin aku akan ikut besok.
***