Sunday, 14 May 2017

NOVEL "SALAH JURUSAN" Bag. I

       Hallo sahabat whoopys, kali ini mimin akan memenuhi janji untuk posting novel yang mimin iseng buat, judulnya "Salah Jurusan". Novel ini sebenarnya belum jadi sih, tapi mimin mau coba upload buat mengetahui respon dari teman-teman, sekaligus minta saran, kritik ataupun koreksi yang membangun, soalnya ini pengalaman pertama mimin buat bikin sebuah novel. Rencana nya kalo dapet respon positif dari temen-temen, InsyaAllah mimin mau serius buat lanjutin, karena udah beberapa bulan mandeg nih.. he.. maklum, ketilep sama tugas kuliah, jadi males, trus nggak ada penyemangat juga, jadi tambah males. Mungkin dalam penulisan cerita awal ini, masih banyak kekurangannya, karena memang latar belakang mimin bukan anak sastra, jadi harap maklum ya sahabat whoopys.. he..
       Oke, novel yang mimin buat ini secara garis besarnya mengisahkan tentang seorang mahasiswa freshman nih, alias baru tingkat 1. Namanya Indra. Si Indra ini sangat antusias banget dengan debut pertama nya masuk kuliah. Karena memang dia udah nggak sabar buat menjalani hari-hari menjadi seorang mahasiswa. Di kampus, dia mendapat teman-teman kelas yang gokil dan nyebelin, dan malahan hari pertama masuk, dia "dikerjain" temen kelas karena tiba-tiba tanpa dia tahu, dia mendapati kalo dia dipilih jadi KM, walopun dia paling nggak mau kalo disuruh jadi seorang pemimpin, tapi apa daya, karena dia dibujuk teman sekelas, akhirnya dia harus ikhlas menerima. Indra selalu bermimpi untuk menjadi seorang ahli IT, karena memang dia punya passion di bidang IT, meski tuntutan orang tua, Indra harus jadi guru atau PNS. Maka dari itu, dia memilih untuk masuk jurusan Informatika. Kehidupan seorang Indra di awal debut pertama masuk kuliah dan di awal semester benar-benar dipenuhi dengan cerita-cerita menarik, terutama masalah percintaan. Ditengah galau nya dia karena ekspektasi yang salah terhadap jurusan yang dia pilih, hingga dia harus berpindah jurusan, dia juga harus menghadapi realita cinta yang pahit dan beberapa kesialan setiap kali ingin mencoba buat move on dari masa lalu nya. Lalu apakah si Indra bisa benar-benar move on dan mendapatkan cinta sejatinya? terus gimana ceritanya dia bisa salah jurusan? anda penasaran? sama, saya juga... haha..
       Nah Guys, disini mimin mau coba share bagian pertama dari novel mimin, mudah-mudahan banyak yang suka. Kalo kalian suka, tolong komen yahhh... :D



I
Pohon Rindang yang Meneduhkan

          Alarm handphone yang berdering kencang membangunkanku dari tidur nyenyak ku pada pukul 5 pagi tepat. Mataku yang tadinya terpejam, sekarang sudah mulai terbuka walau hanya sedikit. Mata ini masih terasa berat dan agak sulit untuk dibuka dengan lebar. Namun aku coba memaksakan diri untuk bangun dari tidurku dan duduk sebentar dipinggir ranjang dengan kantuk yang ternyata belum bisa sepenuhnya hilang. Setelah beberapa menit, aku coba untuk berdiri dan berkaca, ternyata mataku sudah mirip seperti orang tionghoa. Sipit sekali. Mungkin efek begadang semalam yang membuatku seperti ini. Semalam memang aku sengaja begadang untuk melihat pertandingan sepak bola. Karena malam tadi tim favoritku bertanding. Seandainya hari ini bukan hari istimewa, mungkin aku tidak akan bangun sepagi ini. Aku bukanlah tipe orang yang suka bangun pagi lalu berkegiatan dipagi hari dengan wajah berseri dan penuh semangat diiringi dengan ucapan “aku siap!! Aku siap!!”, aku bangun pagi hanya sekedar untuk melakukan shalat subuh lalu kemudian tidur lagi. Bangun pagi bukanlah gaya hidupku. Tapi untuk hari ini, adalah suatu pengecualian.
Hari ini adalah hari pertamaku masuk kuliah, rasanya tak sabar untuk bertemu dengan teman-teman baruku yang sudah aku kenal sebelumnya pada kegiatan ospek 2 hari yang lalu. Sekarang aku sudah resmi menjadi seorang mahasiswa. Entah kenapa hari ini aku sangat bersemangat. Aku sengaja bangun pagi-pagi sekali, hanya untuk merasakan hari pertama menjadi seorang siswa yang maha, siswa dari segala siswa, siswa yang strata sosial nya paling tinggi dan dianggap sebagai cendekia sejati. Ya, akulah panji sang penakluk!!, ahh, maksudku, akulah sang mahasiswa!!.
Setelah beres mandi, akupun sibuk memilih OOTD (Outfit Of The Day) yang sekiranya cocok dan akan terlihat cool ketika aku gunakan. Aku bingung harus menggunakan pakaian seperti apa. Aku hanya ingin debut pertama kuliahku dapat meninggalkan kesan buat teman-teman baruku nanti. Dipikir-pikir, ternyata untuk masalah baju, lebih enak waktu masih sekolah dulu. Tidak usah bingung ingin menggunakan baju seperti apa. Karena dulu ketika sekolah, seragamnya sama. Tidak akan ada yang mengomentari penampilan kita.
Waktu sudah menunjukkan pukul 05.45 dan aku masih bingung mau menggunakan baju apa. Mungkin ini hal konyol, tapi untukku, penampilan adalah nomor 1. Aku tidak bisa membiarkan debut pertamaku sebagai seorang mahasiswa berakhir dengan kesan buruk, khususnya pada penampilanku. Karena penampilan akan mencerminkan bagaimana dirimu serta karaktermu. Percaya atau tidak, hal yang paling pertama orang lihat ketika pertama kali bertemu adalah fisik dan juga penampilannya. Mungkin perkataan ini sedikit terkesan bahwa aku adalah seorang perfectionis yang hanya mementingkan fisik. Tapi, faktanya, memang seperti itu. Aku hanya bersifat realistis saja dan mencoba untuk tidak menjadi munafik.
Setelah hampir 20 menit berkutat memikirkan penampilanku hari ini, akhirnya aku mendapatkan outfit yang akan aku gunakan untuk pergi ke kampus nanti. Ya, aku akan menggunakan setelan yang casual, dengan kaos putih polos yang luaran nya menggunakan kemeja biru gelap bermotif kotak-kotak. Lalu bawahannya menggunakan celana jeans slimfit hitam. Dan untuk alas kakinya, aku coba menggunakan sepatu nike monokrom.
Bravo!! Aku sudah siap untuk pergi ke kampus. Semua sudah siap. Penampilan sudah rapi. Tapi tunggu, aku lupa untuk menyisir rambutku. Mungkin akan lebih menarik bila aku sisir rambutku ke arah kanan dengan sedikit gel rambut agar terlihat agak basah.
Oke, semua persiapan sudah beres, tinggal pergi ke kampus. Hari pertama ini, aku harus berada di kampus tepat pada pukul 07.30, dan sekarang sudah pukul 06.55, aku harus segera bergegas. Akan dibutuhkan waktu 30 menit untuk sampai ke kampus dengan menggunakan motor. Nampaknya aku sedikit menghamburkan waktu. Banyak waktu yang terbuang gara-gara sibuk dengan penampilan. Tanpa buang-buang waktu lagi, aku segera men-starter motorku dan bergegas berangkat menuju kampus.
*
Setelah menaiki motor selama kurang lebih 37 menit, akhirnya aku sampai dikampus juga. Ternyata aku sudah telat 3 menit. Tapi tidak apa-apa, yang penting aku sudah sampai dikampus, hanya telat 3 menit saja. aku segera membuka jok motorku dan mengaitkan helm ku lalu segera berjalan menuju kelas. Dari tempat parkir menuju kelasku tidak begitu jauh, karena memang kampus ku bukanlah kampus negeri ataupun kampus swasta yang memiliki luas lahan minimal 20 Hektar. Hanya dengan berjalan kaki tidak sampai 2 menit pun aku sudah sampai di depan kelas. Aku coba untuk membuka pintu kelas dengan perlahan, dan ternyata belum ada dosen yang masuk. Aku sedikit lega. Aku mengira dihari pertamaku menjadi mahasiswa ini, aku akan di caci maki habis-habisan oleh dosen karena terlambat. Mental ku masih belum siap menerima hal seperti ini. Aku masih membawa sifat dan juga karakter anak SMA. Belum bisa santai. Masih merasa saja bahwa aku sedang berada di SMA. ketika kita terlambat masuk kelas, maka kita akan di caci maki habis-habisan oleh guru. Aku lupa kalau sekarang aku sudah menjadi siswa yang maha. Akulah sang mahasiswa!!. Aku harus bisa sedikit demi sedikit merubah kebiasaan serta karakterku ketika di SMA. Aku harus siap untuk bisa berubah dan beradaptasi dengan cepat.
Keadaan dikelasku ternyata masih kurang begitu ramai, hanya ada setengah mahasiswa saja yang masuk. Aku tidak mengerti, padahal sudah jam setengah delapan lebih, tapi kelas belum penuh. ditambah, belum ada dosen juga yang masuk. aku sengaja memilih tempat duduk di baris pertama ujung kanan, karena memang dekat dengan pintu. Ternyata jadi mahasiswa itu enak juga ya, tidak usah rebutan tempat duduk. Tempat duduk pun dikhususkan untuk satu orang saja, dengan sandaran khusus untuk menulis disamping kanan bangku.
Dulu waktu SMA, aku harus berbagi tempat duduk dengan temanku. Satu meja panjang dengan 2 orang. Posisi seperti itu terkesan agak sedikit konvensional. Namun, dibalik kekonvensionalan nya, posisi tersebut ada bagus nya juga, karena memudahkan kita untuk mencontek dengan teman sebangku kita. Namun, sistem satu meja 2 bangku itu menurutku agak sedikit merepotkan dan membosankan juga sih. Karena terkadang kita diharuskan untuk memilih teman sebangku kita, dan hal itu bisa membuktikan karakter kita sebenarnya. Ada yang duduk nya ingin dengan orang yang pintar lagi, ada yang duduknya ingin dengan yang satu visi dan misi, ada yang duduknya ingin dengan orang yang disukai, ada yang duduknya ingin dengan teman dekat, bahkan ada juga yang duduknya ingin dengan gurunya. Nah, biasanya murid yang seperti itu duduknya sendiri, karena gurunya nggak mau duduk sama dia. Kalo aku sih, lebih fleksibel, duduk dengan siapa saja. Asal jangan duduk sama Limbad. Soalnya kalo duduk sama limbad, aku nggak akan bisa nyontek. Kebayang kan pas lagi ulangan. Mana ulangannya ulangan matematika. Pas nanya sama limbad. “Lim, nomer 2 jawabannya gimana bro?”. terus limbad jawab “hmmmmmm….” Terus aku nanya lagi “lim, yang bener dong!! Jawabannya apa?” terus limbad jawab lagi, “hmmmmmm…” karena limbad jawabnya Cuma “hmmmm” saja, akhirnya aku pukul kepala nya. Tiba-tiba ketika beres ulangan, aku muntah silet.
Pada saat aku sedang asik melamun tentang perbandingan masa SMA dan Kuliah. Tiba-tiba ada seorang yang mengetuk pintu kelas. Karena aku duduk paling pinggir dekat pintu, terpaksa aku yang harus membuka pintunya. Saat aku membuka pintu, ternyata ada sesosok pria dengan kepala agak botak, memakai kacamata, dengan perawakan yang kurang begitu tinggi dan perut yang buncit. Dari penampilannya, aku rasa dia adalah dosen yang akan mengajar dikelasku. Akupun duduk kembali dan mengeluarkan buku beserta peralatan tulis. Persiapan kalau kalau dosen itu memberikan materi. Dosen tersebut kemudian memperkenalkan diri di depan kelas. Ternyata namanya adalah Pak Saepudin, dia bilang kalau dia adalah wali kelas untuk tingkat IA. Aku baru tahu, ternyata di perkuliahan masih ada yang namanya wali kelas. Dia memberitahu bahwa untuk minggu pertama awal perkuliahan, belum ada materi perkuliahan. Jadi, minggu efektifnya dimulai minggu depan. Untuk minggu sekarang, hanya perkenalan para dosen mata kuliah saja.
Ternyata hari ini belum mulai perkuliahan. Aku tidak jadi menulis. Padahal aku ingin sekali menulis. Tapi tidak apa-apa sih. Padahal dalam hati aku sangat bergembira sekali mendengar perkataan bapak dosen tersebut, haha.
Setelah hampir 1 jam dosen tersebut berbicara. Akhirnya dia pun keluar dari kelas. Dan kelas pun menjadi gaduh kembali. Dihari pertama ini, aku bisa melihat dan menebak karakter teman-teman kelasku hanya dengan melihat tingkah laku mereka. Memang dikelasku ini mayoritas adalah wanita. Jumlah total mahasiswa ada 36 dan setengahnya lebih adalah wanita. Entah kenapa kelasku harus dipenuhi oleh banyak wanita. Sebenarnya tidak apa-apa sih kalau dikelasku banyak mahasiswi nya. Setidaknya aku jadi bersemangat buat kuliah. Tapi, aku tidak mengerti mengapa saat ini perbandingan antara wanita dan pria itu adalah 4:1 ? apakah memang laki-laki sudah mulai punah? Atau memang banyak para orang tua yang berharap anaknya adalah anak perempuan? Ya mungkin tujuannya agar setelah lulus SMA bisa langsung dinikahkan, supaya tidak membebani orang tua. Mungkin pemikiranku agak ekstrim, tapi ya itulah fenomena yang terjadi saat ini.
Karena dikelasku banyak perempuan, kondisi kelas sangatlah gaduh. Gaduh karena obrolan mereka yang entah apa, dengan nada suara yang agak tinggi dan keras. Ada yang sedang ngobrol tentang cowok nya, ada yang sedang ngobrol tentang pengalamannya waktu OSPEK, ada yang sedang ngobrol tentang bisnis online, ada yang sedang ngobrol tentang wali kelas yang tadi baru masuk, ada yang sedang ngobrol tentang temennya sendiri yang satu kelas, ada yang ngobrol tentang orang yang sedang ngobrolin mereka, dll. Kalo cowo nya, lebih pendiam. Mereka Cuma asik main laptop dan bermain game. Maklum, anak tekhnik informatika. Kalo nggak belajar hacking, ya main game online. Mungkin karena akses WiFi dikelasku memang bagus dan gratis. Ya iyalah gratis, fasilitas WiFi sudah termasuk uang awal kuliah.
Ternyata, anak-anak cowo dikelasku kurang aktif. Kalah sama anak-anak cewe nya yang agresif. Benar-benar kelas yang sangat kontras. Aku memilih untuk keluar kelas saja, menikmati sejuknya udara pagi dan suasana kampus. Mumpung masih bebas. Lagipula, belum ada dosen masuk. pada saat aku keluar kelas, aku melihat ada seseorang sedang duduk agak jauh dari kelas. Aku mengerecitkan sedikit kedua mataku untuk memastikan siapa orang yang sedang duduk dibawah pohon rindang sana. Sepertinya aku mengenalnya. Dia Nampak seperti teman kelasku. Untuk memastikannya, aku coba untuk menghampirinya.
Setelah aku hampiri, ternyata aku mengenal sosok tersebut. Dia adalah Ivan, teman sekelasku. Aku tidak tahu mengapa dia duduk terdiam dibawah pohon rindang sendirian. Dia ingin menghalangi jalan orang atau apa? Daripada sibuk berspekulasi, aku putuskan untuk menegurnya. Aku menyapanya dan duduk disamping nya.
“van!, sedang apa kau disini?”
“eh, kau dra. Aku sedang galau nih dra!”
 “galau kenapa kau van? Ini hari pertama kita masuk kuliah, masa kau sudah galau. Memangnya galau gara-gara apa?”
“aku diputusin pacarku dra”
 “hmmmmm… kirain rumahmu kebakaran atau apa, ternyata Cuma diputusin cewe doang. Udah nggak usah galau, cewe masih banyak van”
“ahh, kau tidak mengerti dra. Dia itu cinta pertamaku”
ivan bercerita tentang kegalauannya dengan wajah yang terlihat agak serius. Akupun mencoba untuk mendengarkan semua cerita galaunya dan mencoba mengerti keadannya, walau sebenarnya aku tidak peduli.
“memangnya kau putus sama pacarmu karena apa van?”
“cewekku selingkuh dra” mata ivan sedikit berkaca-kaca.
“sama siapa? Teman mu?”
“sama bapak ku dra!”
 “Astagfirullah… yang bener kamu van, masa?”
“ya enggalah dra!! Bukan sama bapak ku, tapi sahabat ku sendiri. Sahabatku itu nikung aku dra”
 “lahhh, aku kira pacarmu selingkuh sama ibumu. Yaudah van, ikhlaskan saja, jodoh nggak akan kemana kok, pacarmu pasti nggak akan kembali sama kamu”
 “loh? Kok gitu dra? Kan harusnya kalo jodoh pasti kembali”
“iya, maksudku itu van. Sensitif banget sih.”
Setelah mendengarkan curahan teman kelasku yang tidak penting. Aku memutuskan untuk kembali ke kelas. Tentunya dengan membawa Ivan. Karena aku khawatir dia akan bunuh diri dengan cara gantung diri dipohon. Aku tidak tahu harus sedih atau tertawa. Karena betapa konyolnya dia kalau benar-benar bunuh diri dengan cara gantung diri diatas pohon Cuma gara-gara wanita. Ahh… wanita, akupun sering mengalami hal menyakitkan dengan yang namanya wanita.
Aku dan Ivan kembali menuju kelas. Namun di dalam kelas, ada yang aneh. Tiba-tiba aku lihat di papan tulis sudah ada namaku dengan tanda tally seperti bekas pemilihan umum atau apalah itu. Ada 3 nama di papan tulis itu, dan salah satunya adalah namaku. Aku bingung dan heran. Teman-teman mengucapkan selamat padaku. Entah apa yang terjadi. Aku coba bertanya pada mereka. “teman-teman. Ada apa ini? Kok ada namaku di papan tulis? Sama ada hasil voting segala. Apaan tu?”, kemudian salah satu temanku merespon pertanyaanku. “kamu jadi ketua kelas dra.” Akupun terdiam dan terkejut. Konspirasi macam apa ini? Apakah aku dijebak? Aku cuma keluar 45 menit. Itupun gara-gara aku harus mendengarkan curahan hati si Ivan kampret yang ngobrolin cerita galau nya yang bikin aku ingin muntah. Tidak, ini tidak benar. Seharusnya mereka memberitahu aku jika aku hendak dicalonkan menjadi ketua kelas. Akupun mencoba protes kepada mereka. “teman-teman. Mohon pengertiannya, saya tidak mencalonkan diri sebagai ketua kelas, dan juga tidak ingin menjadi ketua kelas. Kenapa kalian memilih saya?”, salah satu perwakilan kelas menjawab. Kali ini yang menjawab adalah Cinta, ketika masa OSPEK, dia memang orangnya pinter ngomong dan juga supel. Walaupun tidak ada orang yang bertanya padanya, dia tidak segan-segan bertanya dan menyapa orang-orang di sekitarnya. Antara supel sama agak-agak hyperaktif dan agresif. “dra, kami percaya sama kamu. Kamu tu orangnya punya jiwa pemimpin! Keliatan banget pas OSPEK kemarin. Kamu jadi pemimpin kelompok kita.” Wah, gila nih cewe. Iya sih waktu OSPEK, aku sempet jadi ketua kelompok. Tapi jadi PLT aja, karena temenku yang jadi ketua waktu itu pingsan, gara-gara kepleset kulit pisang yang dibuang Cinta. Karena waktu itu dikelompok ku Cuma ada 2 orang cowok dan sisanya perempuan. Makannya aku terpaksa jadi ketua. “mhhh.. cinta, kan waktu itu aku cuma jadi pemimpin kepaksa.”, “tapi kamu pantas untuk jabatan ini dra, aku percaya kamu. Udah ganteng, tinggi, putih, berjiwa pemimpin lagi. Temen-temen juga pada setuju.” Duh, bener-bener kampret nih si cinta. Main giring opini publik segala.
Karena banyak desakan temen-temen yang menginginkan aku jadi KM (Ketua Kelas), terpaksa akhirnya aku menyetujui permintaan mereka. Memang tadi wali kelas sebelumnya sudah menginstruksikan untuk segera memilih KM, tapi aku tidak menyangka mereka merencanakan hal jahat untuk menjebakku. Haduh, hari ini benar-benar kacau. Aku paling benci bila harus menjadi seorang ketua atau pemimpin. Karena aku tidak ingin memerintah orang lain atau harus diberikan tanggung jawab atas sesuatu yang tidak aku inginkan. Padahal kalau aku lihat perolehan suara di whiteboard perbedaan suaranya sangat terlihat jelas sekali. Dari 36 orang, yang tidak memilih aku hanya 10 orang saja. lalu 2 orang lagi yang dicalonkan sebenarnya buat apa? Apa Cuma buat formalitas aja?. Benar-benar teman-teman yang berbahaya, politiknya bermain.
Meskipun hari ini aku harus menerima nasib sebagai KM, tapi aku harus semangat. Karena aku harus berubah, tidak boleh selalu mengeluh dan menyerah pada keadaan. Aku harus buktikan pada orangtuaku kalau aku bisa jadi sukses dengan pilihanku sendiri. Aku pasti bisa!!. Selama ini orangtua ku selalu mengarahkan aku untuk menjadi seorang PNS. Ayahku adalah seorang Guru Matematika, sedangkan Ibuku adalah guru Fisika. Benar-benar pasangan eksak sejati. Mereka memang pasangan serasi. Setiap ngobrol pun penuh dengan perhitungan. Karena ayahku seorang guru matematika, dia selalu menghitung peluang diriku untuk menjadi orang sukses. Jika sedang kesal padaku, dia menyuruhku untuk menyelesaikan soal sistem persamaan linear. Bila tidak bisa, maka aku tidak boleh memutuskan masa depanku sendiri. Kemudian ibuku juga, dia penuh perhitungan. Terutama bila memberiku uang jajan. Dia lebih khawatir bila harga bahan pokok naik, atau harga tas yang Cuma beda 5000 perak. Ketimbang khawatir anaknya kelaparan gara-gara uang jajan kurang. Aku benar-benar benci pelajaran eksak. Sejak SD pun aku sudah tidak suka dengan pelajaran eksak seperti Matematika dan IPA. Ditambah ketika SMP dan SMA, mata pelajaran sudah mulai mengkerucut menjadi disiplin ilmu yang terpisah. Ada Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dll.
Sebenarnya aku ingin sekali menjadi ahli IT. Bisa punya perusahaan komputer sendiri. Bisa punya OS (Operating System) dengan brand sendiri. Seperti halnya Bill Gates dengan Windows nya. Atau Steve Job dengan Mac OS dan IOS nya. Aku selalu terinspirasi oleh orang-orang seperti mereka. Kehidupan mereka yang penuh tantangan dan keprihatinan, akhirnya mengantarkan mereka menjadi orang sukses. Dan juga, rata-rata orang yang berkecimpung di dunia IT, memiliki masa depan yang cerah. Maka dari itu ketika aku SMP dan juga SMA, aku selalu mendapatkan nilai TIK yang tidak pernah kurang dari nilai 90.
Akhirnya perkuliahan selesai. Aku bisa pulang dan kembali ke rumah. Hari ini hanya ada 3 orang dosen saja yang masuk kelas. Dan itupun sekedar perkenalan saja. sejauh ini, aku sangat menikmati hari-hari dikampus. Walaupun ada sedikit kejadian yang bikin aku agak kesal. Tapi, itu bukan halangan untuk tidak menikmati masa-masa kuliahku.
Ketika aku sedang berjalan menuju kendaraan ku untuk segera bergegas pulang. Tiba-tiba ada sekumpulan teman-teman kelas yang sedang berkumpul dibawah pohon rindang tempat temanku Ivan yang tadi sempat melamun disitu meratapi nasibnya yang malang karena wanita. Mereka memanggilku untuk ikut bergabung dengan mereka. Sebenarnya aku malas, tapi tidak ada salahnya sedikit berkelakar bersama mereka. Mungkin dengan ini, aku bisa akrab dengan mereka.
“dra, ayo kesini!. Gabung dengan kita. Kita ngobrol-ngobrol bentar. Jangan dulu pulang”, “iya. Aku kesana!”, jawabku sambil sedikit berteriak dari kejauhan.
“diem dulu disini dra. Udara sedang panas. Ngapain buru-buru pulang. Mending kita ngobrol-ngobrol disini. Enak nih kumpul disini. Hawa nya adem.” Ucap Cinta sedikit terbata-bata karena dia sedang kepedesan rujak bebeg.
“cinta, bibirmu sampai merah begitu. Kayak batu merah delima.”
“iya nih dra. Aku kepedesan. Gara-gara rujak bebeg. Cabe rawitnya kebanyakan. Beliin aku minum dong dra.”
“enak aja. Baru juga dateng kesini disuruh beliin minum.”
“ayolah dra. Bentar aja. Aku kepedesan nih. Cuma kedepan aja bentar. Kan kamu baik dra. Udah baik, cakep lagi.”
“iya, iya, aku beliin. Mana uang nya?”
“ini dra. Sekalian sama beliin batagor ya dra.”
“buset, ni orang nyuruh nya nggak tanggung-tanggung ya. Ayo mau beli apalagi? Mumpung aku masih disini. Mau sekalian aku beliin sianida nggak?”
“ooh iya dra, sama sianida nya satu. Tapi jangan pedes ya!”
Pada saat cinta memintaku untuk membelikannya minum, tiba-tiba Ivan juga menitip sesuatu padaku. Kebetulan ivan juga ikut nongkrong dibawah pohon rindang.
“dra, aku nitip tissue ya.”
“OMG, buat apa van?”
“buat mengusap air mataku ini dra. Aku masih galau!.”
“wah, galau parah ni orang. Yaudah, aku kedepan dulu bentar ya. Nanti aku balik lagi kesini.”
Akupun berjalan kedepan untuk membeli minuman dan juga titipan dari teman-temanku. Padahal aku ini KM, tapi nggak ada harga diri nya sama sekali. Malah jadi pesuruh kayak gini. Ya memang begitulah teman-teman baruku. Aku harus cepat beradaptasi dengan kelakuan mereka.
Ketika aku sedang membeli batagor di depan kampus. Tiba-tiba aku bertemu dengan dua orang teman SMA ku yang berbeda jurusan denganku. Mereka berasal dari Fakultas Hukum. Mereka memang teman dekatku selama aku di SMA. bahkan sudah aku anggap sebagai sahabatku.
“Indra!! aku kangen kamu.” Teriak Rega dari kejauhan sambil berlari dan memegang kedua pipiku sehingga bibirku terlihat seperti ikan lohan yang ada di aquarium. “hai ga, apa kabar? Aku juga kangen kamu. Minggu depan kita main yu.” “iya dra, ayo kita main bareng. Atau kalau enggak, kita jogging aja minggu depan bareng sama Rivan di lapang prawatasari. Gimana?”, “oke, ayo ga. Hari Minggu jam 7 ya.” “oke dra, siap.”
“hai dra!.” Tegur Rivan yang baru menghampiriku.
“woi van. Kau sekelas sama rega?”
“iya dra. Sial banget aku harus sekelas sama si rega. Tiap hari Cuma digangguin mulu sama dia.”
“yee, jahat banget sih kamu van. Kamu juga suka minta bantuan ke aku kalo lagi berantem sama pacar.” Balas Rega.
“iya iya ga, aku beruntung banget bisa sekelas sama kamu.”
“nah, gitu dong van. Eh van, minggu depan ayo kita jogging bareng sama indra di lapang prawatasari. Mau nggak?”
“wah, manteb tuh. Sekalian cari mangsa. Haha.”
“ayo dra, minggu depan kita jogging. Sambil cuci mata.”
“oke van, siap!!. Yaudah, aku tinggal dulu ya. Temen-temenku lagi nungguin nih. Sampai ketemu minggu depan.”
Akupun pergi meninggalkan kedua sahabatku itu dan segera bergegas menuju teman kelasku yang sedang menungguku. Setelah beberapa menit berjalan, akupun sampai. Cinta pun langsung mengomel karena lama menunggu. “dra, lama banget sih kau. aku kepedesan banget nih.” “maaf cin, tadi aku ngobrol dulu sebentar. Habis ketemu sama temen lama.” “yaudah, mana air mineralku?”, “ini, jangan buru-buru minumnya, nanti tersedak kau.” cinta pun langsung meraih botol air mineral yang hendak kuberikan dengan cepat.
Akupun duduk dibawah pohon rindang dan berkelakar dengan teman-temanku. Entah berapa lama aku berkelakar. Waktupun tak terasa. Hari ini aku merasa aku dapat mengenal teman-temanku lebih baik. Meskipun ini hari pertama aku masuk kuliah. Tapi seperti aku sudah lama sekali mengenal teman-teman kelasku. Canda tawa dan obrolan tak berguna mencairkan suasana di siang yang terik ini. Ya, dibawah pohon rindang ini, kami memulai keakraban kami.
Setelah lelah mengobrol, aku dan teman-temanku pun memutuskan untuk segera pulang kerumah. Akupun segera beranjak dan berjalan menuju halaman parkir dimana aku menyimpan motorku. Ditengah perjalanan. Aku tak sengaja berpapasan dengan Windy, Puji dan Hestia, dari kelas I C. “eh ada mas Indra!.” sapa windy. Akupun berhenti sejenak dari langkahku dan balik menyapa mereka.
“hai windy, Puji, Hestia. Mau pulang?”
“iya dra, tapi kami mau main dulu kerumah Puji. Mau ikut nggak?” tanya windy.
“ahh, enggak win. Nanti aja kapan-kapan.”
“ayo dong mas, kita main. Kita jalan-jalan” tiba-tiba windy menggandeng tanganku dan mengibaskan sedikit rambutnya kearahku.
“buset, itu rambut kena muka woyy!!”
“iya dra, ayo ikut kerumahku.” Timpal Puji.
“iya, nanti aja ya. Kapan-kapan kita main.” Jawabku dengan sedikit senyuman.
“ooh, yasudah kalau begitu. Kami duluan ya dra.”
“oke, hati-hati!.”
Merekapun pergi. dan aku segera melanjutkan langkahku menuju motorku. Ku ambil helm, lalu kemudian menyalakan motor dan pergi. hari ini benar-benar hari yang melelahkan. Setelah sampai dirumah. Aku membuka sepatu dan segera menuju kamar untuk rebahan. Tak terasa mataku tiba-tiba sangat berat. Semakin aku paksa untuk terbuka, semakin berat mataku. Mataku terpejam. Pikiranku melayang entah kemana. Semua terlihat hitam. Namun ada cahaya terang di depan. Cahaya apa itu? Aku penasaran. Aku hampiri cahaya itu.
Cahaya itu semakin terang. Semakin aku dekati semakin jelas cahaya itu. Namun ditengah cahaya itu ada bayangan. Aku coba berlari ke arah cahaya itu dan mencari tahu siapakah dia. Bayangan itu terlihat semakin jelas. Aku kenal wajah itu. Wajah itu adalah wajah wanita pujaanku. Wanita pujaanku yang pernah mengkhianatiku. Siapa orang yang ada disampingnya? Siapa dia?. Aku berlari semakin kencang dan mencoba meraih bayangan itu. Namun bayangan itu ditarik oleh bayangan lain lalu kemudian menghilang. Tak sempat aku menyentuhnya. Namun dia pergi. tiba-tiba lantai yang aku pijak retak dan membuatku terjatuh dalam lautan. Aku tenggelam. Aku tak bisa berbicara. Dadaku sesak. Diatas permukaan laut aku lihat sesosok wanita yang mengulurkan tangannya untukku. Namun ketika aku ingin meraihnya, ada seekor hiu yang tiba-tiba datang menghampiriku dan memakanku.
Seketika itu aku teriak dan langsung terbangun. Ternyata aku tadi bermimpi. Tak lama setelah terbangun. Ada yang mengetok pintu kamarku. “dra, ayo bangun!. Sudah mau maghrib!.” Ternyata itu suara ibuku. Benar-benar mimpi yang aneh. Kenapa aku teringat dia. Ahh, seharusnya aku tak mengingatnya.
***

Iklan