Ada seorang anak bernama Rangga, dia baru kelas 2 SMP. Namun tidak seperti teman-teman lain seusianya, dia agak kurang beruntung karena memiliki kondisi fisik yang bisa dikatakan kurang sempurna. Dia memiliki postur tubuh yang pendek, bungkuk, matanya minus dan tubuhnya lemah. Jika dia mengerjakan sesuatu yang berat, maka dia akan mudah lelah dan bahkan bisa menyebabkan dia pingsan. Hal tersebut sudah berlangsung semenjak dia berada di bangku Sekolah Dasar, karena memang semenjak lahir, Rangga sudah memiliki kondisi fisik yang sangat lemah. Memiliki kondisi fisik seperti itu tidak membuatnya lantas berpangku tangan dan berharap iba dari para temannya, karena dia tidak ingin orang lain merasa kasihan kepadanya. Namun kekurangan yang dimiliki oleh Rangga malah menjadi bahan cemoohan oleh teman-temannya, tidak seperti apa yang dia harapkan dan inginkan, semenjak di Sekolah Dasar, dia selalu menjadi bahan olok-olok teman sekelasnya. Bahkan tak jarang dia selalu dibully di dalam kelas dan tidak ada seorang pun yang mau membela dan menolongnya. Pernah sesekali Rangga melaporkan pembullyan itu kepada gurunya, karena memang dia sudah tidak tahan dengan apa yang dia alami tersebut. Namun ternyata, gurunya hanya merespon seadanya dan memberikan nasehat untuk Rangga tanpa memanggil anak-anak dan memberikan tindak lanjut kepada para pembully. Mungkin bagi guru tersebut, pembullyan yang dilakukan anak-anak SD hanyalah sekedar guyonan saja, hanya sekedar bercandaan yang “wajar” antara teman kelas. Terkadang Rangga menyesali kenapa dia dilahirkan seperti ini, dengan fisik yang dapat memberikan celah bagi orang lain yang merasa dirinya “sempurna” untuk membully dia. Dia merasa bahwa Allah tidak adil pada dirinya dan dia berharap tidak pernah terlahir kedunia ini.
Orangtua Rangga tidak menyadari apa yang selama ini dialami oleh putranya, karena memang Rangga tidak pernah mau bercerita kepada orang tuanya jika selama ini dia merasa bahwa di Sekolah itu seperti neraka baginya. Orangtua Rangga hanya mengetahui bahwa Rangga baik-baik saja di sekolah dan tidak pernah mau berusaha untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan anaknya selama di sekolah. Hal tersebut dikarenakan kedua orang tua Rangga yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Kadang Rangga hanya bertemu dengan orangtuanya ketika malam hari, itu pun kalau orang tua Rangga tidak langsung tidur, karena mungkin selepas bekerja, mereka sangat kelelahan. Ketika Rangga mencoba untuk meminta main bersama atau hanya sekedar jalan-jalan bersama, orang tua Rangga selalu beralasan mereka tidak memiliki waktu karena harus bekerja banting tulang untuk kebaikan Rangga juga. Rangga merupakan anak tunggal, tapi perlakuan orangtua kepada Rangga berbeda dengan perlakuan kepada anak tunggal yang biasanya mendapat perhatian lebih dari orang tuanya. Rangga merasa bahwa dirinya adalah “sampah” yang tak berguna dan mungkin tak diharapkan terlahir di dunia ini. Hidup nya merasa sendirian dan tak ada orang yang menyayanginya, bahkan di rumah pun ia hanya ditemani oleh seorang pembantu. Mengobrol dengan orang tua nya pun hanya sesekali, itupun jika mereka sedang ada waktu luang.
Beranjak menuju SMP, Rangga pun tidak luput dari yang namanya pembullyan, dia selalu dikerjai oleh teman-temannya, disuruh melakukan hal yang tidak berguna dan tak layak, kdang rambut nya dijambak, ditendang, dicubit sampai biru, atau mungkin sekedar menyembunyikan topi nya ketika waktu upacara tiba. Tidak hanya kekerasan fisik yang terjadi padanya, namun terkadang kekerasan verbal yang membuatnya mungkin tersungkur sakit, hati nya sudah tidak kuat menerima semua ejekan teman-temannya, dalam relung hatinya yang terdalam, ingin sekali ia dilahirkan kembali dengan fisik yang sempurna, tampan, tinggi, putih, kuat, pintar dan memiliki orangtua yang sangat peduli padanya. Namun itu semua hanya angan-angan semu Rangga yang tidak mungkin terwujud, pada usianya saat ini, pemikirannya berkembang dan sedikit lebih dewasa dari teman-temannya yang lain. Hal itu dikarenakan memang keadaan yang memaksanya untuk seperti itu. Terkadang Rangga ingin sekali melawan para pembully itu, namun apa daya dia terlalu lemah, dia tak bisa melawan, dia selalu diancam, dan tak ada yang mau membantu nya. Tak ada yang suka pada nya, bahkan ia mungkin tak diberi kesempatan untuk mencintai seorang wanita, karena memang tidak ada yang mau dekat dengan nya, dia bisa melihat dari tatapan orang yang memandang nya, dia menduga bahwa mungkin banyak wanita yang melihatnya “jiji” dan tidak mungkin ada yang mencintai dia, meskipun hanya sekedar cinta monyet di masa-masa SMP.
Rangga selalu merasa bahwa mungkin kejadian yang dia alami adalah kehendak-Nya, dan dia tidak tahu sampai kapankah hal tersebut akan berlangsung. Apakah mungkin selamanya? Apakah hingga nanti dia kuliah dia akan selalu di bully? Dia tidak memiliki suatu alasan untuk terus optimis. Dia merasa dia tidak memiliki kelebihan dalam dirinya, entah dibidang akademik, seni, ataupun olahraga, tidak ada hal yang menonjol dari dalam dirinya, walaupun nilai akademiknya di sekolah biasa-biasa saja, hanya sedikit lebih bagus dibandingkan anak-anak yang suka membullynya. Namun apa yang dia rasakan saat ini, akan ada seorang yang membantunya untuk melewatinya, entah mungkin itu adalah takdir dari-Nya atau memang suatu kebetulan. Ada seorang guru baru yang mengajar di sekolahnya, masih terlihat muda dan terlihat ramah serta baik. Beliau bernama Pak Dimas, dia seorang guru PPKn yang menggantikan guru PPKn sebelumnya yang sudah pensiun.
Benarlah apa yang terlihat tampak luar, dia merupakan guru yang baik dan perhatian kepada murid-muridnya, Rangga pun merasa senang ketika pelajaran PPKn datang, baru kali ini dia merasa ada seseorang yang membuat nya merasa tertarik terhadap suatu pelajaran, cara mengajar pak Dimas selalu beragam dan membuat para murid senang, dan diakhir pembelajarannya, pak Dimas selalu memberikan kata-kata motivasi dan wejangan-wejangan yang membuat hati para murid, khususnya buat diri Rangga pribadi menjadi sedikit tenang dan membuat Rangga merasa ada setitik air yang menyentuh hatinya di tengah gersangnya gurun pasir. Tak hanya itu, Pak Dimas pun selalu memperhatikan keadaan psikis para muridnya, dan entah mengapa, Pak Dimas menaruh sedikit perhatian kepada Rangga, dia merasa ada yang sedikit berbeda dengan Rangga bukan karena fisik nya, namun memang dia merasa ada hal yang tidak “wajar” yang terjadi pada diri Rangga, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengawasi Rangga dan mencoba untuk mencari tahu apa yang terjadi pada Rangga, dan dia mencoba untuk bertanya kepada Rangga, selepas pelajaran usai.
Pak Dimas : “Rangga, maaf mengganggu jam istirahat kamu, bapak Cuma mau bertanya, apakah Rangga senang bersekolah disini?”
Rangga : “Iya pak, tidak apa-apa, saya senang kok bersekolah disini.”
Pak Dimas : “Ooh.. baguslah kalau seperti itu, tapi kenapa kamu selalu terlihat murung dan tidak bersemangat? Berbeda dengan teman sekelas mu yang lain?”
Rangga : “Ah tidak apa-apa kok pak.”
Pak Dimas : “Apakah teman sekelasmu semua baik-baik?”
Rangga : “Iya pak, semuanya baik kok.”
Pak Dimas : “Hmm.. yasudah kalau begitu, bapak tidak akan memaksa Rangga untuk jujur kepada bapak, tapi bapak mohon kepada kamu, bila ada sesuatu yang tidak mengenakan hati kamu, atau ada hal yang ingin kamu share sama bapak, bapak akan selalu ada untuk mendengarkan cerita mu, karena bapak kan guru kamu, orang tua kedua kamu disekolah.. baiklah, silahkan kamu kembali ke kelas!.”
Rangga : “Iya pak.”
Rangga pun kembali ke kelas dengan hati yang sangat rapuh dengan penyesalan yang begitu mendalam, ia tidak menyangka bahwa akan berkata seperti itu, padahal tadi adalah kesempatan baik untuk bercerita hal yang sebenarnya kepada pak Dimas, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa dan merasa bahwa dirinya tidak berguna, tidak punya nyali dan merasa sangat bodoh. Selepas Pak Dimas memanggil Rangga, dia memutuskan untuk melihat keadaan Rangga ketika berada dikelas diluar jam pelajaran, benar saja apa yang Pak Dimas khawatirkan, ternyata ketika jam istirahat, Rangga dibully oleh beberapa teman kelas nya, dia dipapan tulis terlihat tulisan tangan para teman kelas yang membully Rangga dengan menuliskan kata-kata kasar kepada Rangga dan menyindir keadaan fisik Rangga, lalu pak Dimas melihat Rangga hanya menuruti apa yang diperintahkan teman sekelas nya, tanpa melawan. Rambut nya dijambak, kadang ditendang. Melihat keadaan yang seperti itu, pak Dimas merasa bahwa hal tersebut bukanlah hal yang patut dilakukan oleh seorang anak sekolah, bahkan tidak patut dilakukan oleh anak2 lain seusianya, hanya karena ada yang sedikit berbeda pada diri Rangga, mereka yang merasa dirinya sempurna mencoba untuk membully dan menghina ciptaan Allah. Akhirnya pak Dimas pun masuk ke kelas dan memanggil beberapa anak2 yang membully Rangga dan juga memanggil Rangga ke kantor dengan nada agak sedikit tinggi.
Pak Dimas mencoba untuk menahan emosi nya kepada anak2 yang membully Rangga dan mencoba bertanya dengan nada yang halus.
Pak Dimas : “Heh, kalian tahu kenapa bapak memanggil kalian kesini?”
Pembully 1 : “Tidak pak..”
Pak Dimas : “Baiklah, bapak akan memberitahukan kepada kalian, kalian adalah anak2 pembully yang sering membully Rangga, iya kan?”
Para Pembully : “Iya pak… maafkan kami.”
Pak Dimas : “Kenapa kalian membully Rangga? Jawab yang jujur!”
Pembully 1 : “Soalnya Rangga aneh pak!”
Pembully 2 : “Iya pak, Rangga berbeda dengan yang lain..”
Pembully 3 : “Iya pak, betul..”
Pak Dimas : “Oh, jadi itu alasan kalian. Sekarang Rangga, knapa kamu tidak pernah melapor kepada bapak atau kepada guru yang lain?”
Rangga : “Sa.. sa.. saya takut pak, soalnya sering diancam oleh mereka”
Pak Dimas : “Oke, baiklah” (mengambil 4 lembar kertas dan membagikan kepada para pembully serta Rangga)
Pak Dimas : “Baiklah, ini ada 4 lembar kertas, silahkan bagi 2.. kemudian dikertas yang pertama, kalian gambar sebuah objek, bebas.. tapi harus yang terbaik! Usahakan gambar nya yang bagus dan berikan yang terbaik pada kertas pertama itu, kemudian untuk kertas yang kedua, kalian gambar objek yang sama seperti gambar dikertas pertama, tapi silahkan gambar kembali dengan asal-asalan, tidak usah terlalu bagus.”
Beberapa menit berselang, akhirnya mereka sudah menyelesaikan gambar yang telah diperintahkan oleh pak Dimas, kemudian pak Dimas memerintahkan gambar2 tersebut untuk diletakkan diatas meja, kemudian pak Dimas berkata kepada mereka.
Pak Dimas : “Baiklah, silahkan lihat gambar kalian! Dilembar yang pertama adalah gambar kalian yang paling bagus, dilembar yang kedua adalah gambar kalian yang kurang baik, silahkan kalian pilih, seandainya gambar kalian tersebut adalah sebuah lukisan, gambar mana yang akan kalian pilih untuk dijual?! Dan alasan nya apa?”
Para Pembully : “Gambar yang pertama pak!!”
Pembully 1 : “Soalnya gambar yang pertama itu bagus pak, pasti laku dijual!”
Pembully 2 : “Iya pak, pasti laku dijual.. kalo gambar yang kedua, kayaknya ngk aka nada yang beli”
Pembully 3 : “Iya pak..”
Rangga : “Iya pak, gambar yang pertama! Saya akan menjual gambar saya yang pertama, soalnya lebih bagus daripada gambar yang kedua.”
Pak Dimas : “Oh begitu, nah kalian sudah memilih gambar yang pertama, kemudian apa yang akan kalian lakukan dengan gambar yang kedua?”
Pembully 1 : “Mau saya buang aja pak..”
Pembully 2 : “Saya bakar pak”
Pembully 3 : “Saya buang aja ke tong sampah pak”
Rangga : “Saya juga pak, gambar itu akan saya buang saja.”
Pak Dimas : “Baik, berarti gambar yang tidak bagus itu akan kalian perlakukan dengan tidak baik, walaupun itu adalah gambar hasil karya kalian sendiri. Memang manusia cenderung akan melakukan hal yang lebih baik, sama hal nya ketika menggambar, ketika kita mencoba beberapa kali untuk menggambar, pasti ada proses yang harus kita lakukan, di awal2 pasti kita kurang puas dengan gambar yang kita ciptakan dan mencoba menggambar lagi sampai bagus, dan akhirnya gambar yang sebelumnya akan kita buang. coba kalian bayangkan kalau Allah seperti itu?? Ketika Dia menciptakan makhluk ciptaan-Nya yang kurang sempurna, maka Dia akan memusnahkan nya! Dan menggantinya dengan ciptaan lain yang lebih sempurna, maka di dunia ini akan penuh dengan orang-orang yang sama, orang-orang yang sempurna. Kesempurnaan menurut Allah itu tidak seperti kesempurnaan menurut manusia, kita semua adalah makhluk ciptaan Allah yang sempurna, terlepas dari keadaan fisik nya, ada orang yang tinggi, pendek, tampan, jelek, cantik, hitam, putih, dsb. Allah tidak menilai dari penampilan fisik, karena menurut Allah, manusia yang sempurna itu adalah manusia yang baik akhlak nya. Kalau kalian membully Rangga, berarti kalian meremehkan Allah, dan menghina ciptaan Allah. Dan sebenarnya kalian bukan lah manusia yang sempurna menurut Allah, karena kalian tidak baik akhlak nya, siapa tahu akhlak Rangga lebih baik daripada kalian dan dia tergolong manusia sempurna menurut Allah. Ketika kalian menggambar tadi, mungkin kalian akan melihat tampilan luar nya, bagus tidak nya, dan enak dipandang atau tidak, tapi jikalau yang memilih gambar itu adalah Allah, pastilah Allah akan memilih proses nya, bukan hasil nya. Bisa saja Allah memilih gambar dilembar kedua, karena ketika menggambar, walaupun jelek. Gambar itu dihasilkan dari pensil yang dibeli dari uang yang halal, kertas yang halal, dengan niat yang baik, tujuan yang baik, dikerjakan dengan ikhlas, dsb. Nah, sekarang kalian mengerti?”
Para pembully dan Rangga pun tiba2 menangis mendengar kata2 pak Dimas, dan mereka sadar bahwa mereka masih menjadi manusia yang kurang bersyukur terhadap apa yang diberikan Allah kepada mereka, dan pak Dimas menghimbau mereka untuk berbaikan, jangan saling membully lagi dan saling menghargai.
Konklusi : “Kita memang terkadang terlalu menutup mata, kurang bersyukur, angkuh dan sombong, walaupun hal tersebut jarang sekali kita akui. Manusia selalu menilai seseorang dari tampilan fisik nya saja, bahkan anak-anak pun tak jarang yang membully teman nya karena memiliki fisik yang berbeda dari pada teman yang lain, hal tersebut mungkin dipandang wajar bagi sebagian orng, namun ingat, kesempurnaan dimata manusia bukanlah kesempurnaan dimata Allah! Cukup bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan kepada kita, karena apa yang kita jalani hari ini merupakan skenario dari-Nya, manusia hanya bisa berusaha, Allah yang tentukan, dan jangan pernah menghina seseorang karena kekurangan fisik nya, karena mereka juga adalah ciptaan-Nya! Ketika kita diberi kelebihan oleh Allah, hendaknya janganlah kita angkuh dan sombong, begitupun sebaliknya. Ketika kita diberikan kekurangan, cobalah untuk selalu bersyukur dan ambil sisi positif nya. Dari cerita diatas, kita dapat mengambil hikmah yang dalam, bahwa yang namanya pembullyan itu tidak baik, membeda-bedakan manusia yang kurang sempurna fisik nya itu tidak baik, apalagi sampai meledek dan juga melakukan kekerasan, hal tersebut dapat membuat orang yang dibully dapat mengalami depresi dan tidak bersemangat dalam menjalani hidup, mungkin bagi orng yang membully hal tersebut terlihat sepele, namun effek bagi yang dibully sangatlah besar, bahkan mungkin akan berpengaruh terhadap psikis nya dimasa depan. Pembullyan di sekolah ini adalah PR kita bersama sebagai orang dewasa, orang tua, guru, pemerintah, dan juga masayarakat. Karena maraknya pembullyan yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia sudah menjadi hal yang masif dan juga berpotensi untuk menjadikan generasi Indonesia dimasa depan menjadi generasi muda yang lemah, maka dari itu mulai dari sekarang kita stop bullying terhadap anak!! Baik itu bullying oleh teman sepermainan, bullying orang tua terhadap anak, ataupun bullying orang dewasa terhadap anak."